Universitas Airlangga Official Website

Ajak Mahasiswa Terapkan Gizi Seimbang, BEM FKM Gelar Webinar RUBIK II

Pemaparan mengenai gizi seimbang oleh Arizta Primadiyanti SGz RD dalam Webinar RUBIK II yang bertajuk "Gizi dan Lifestyle Anak Kos: Investasi untuk Masa Depan" (Foto: Tangkapan Layar Zoom Meeting)
Pemaparan mengenai gizi seimbang oleh Arizta Primadiyanti SGz RD dalam Webinar RUBIK II yang bertajuk "Gizi dan Lifestyle Anak Kos: Investasi untuk Masa Depan" (Foto: Tangkapan Layar Zoom Meeting)

UNAIR NEWS – Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar bertajuk “Gizi dan Lifestyle Anak Kos: Investasi untuk Masa Depan”. Kegiatan itu berlangsung secara online melalui Zoom Meeting pada Sabtu (12/10/2024).  Acara tersebut menghadirkan Arizta Primadiyanti SGz RD, ahli gizi sekaligus CEO platform layanan gizi Dietisien.id sebagai pemateri.

Arizta mengawali pemaparannya dengan membahas tentang pengaruh pola makan terhadap kesehatan jangka panjang seseorang. Ia juga menyoroti tren peningkatan kolesterol, tekanan darah tinggi, hingga diabetes yang saat ini melonjak di kalangan generasi muda.

“Hampir 90 persen penyakit, terutama penyakit tidak menular, berasal dari makanan. Saat ini kolesterol, diabetes, dan tekanan darah juga dirasakan oleh anak muda. Saat ini, kolesterol, diabetes, dan tekanan darah tinggi juga banyak dialami oleh anak muda. Oleh karena itu, sangat penting untuk mulai mengatur pola makan dari sekarang,” tegasnya. 

Pola makan masyarakat modern mengalami perubahan signifikan, utamanya dalam preferensi makanan. Arizta menjelaskan bahwa dalam memilih makanan, persepsi indera memainkan peran dalam mempengaruhi bagaimana seseorang menilai rasa makanan. 

“Ketika kita melihat makanan dengan warna yang menarik atau mencium aroma latte yang harum, kita akan cenderung menilai rasanya lebih enak. Hal ini mendorong kita untuk mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko obesitas, ” tuturnya.

Lebih lanjut, Arizta memaparkan bahwa umumnya saat makan, tubuh akan melepaskan hormon leptin. Hormon ini berfungsi mengirimkan sinyal ke otak untuk memberi tahu ketika perut sudah kenyang, sehingga orang akan berhenti makan. Namun, hal ini tidak berlaku pada orang yang mengalami obesitas. 

“Biasanya, hormon leptin mengirimkan sinyal ke otak untuk memberi tahu ketika perut sudah kenyang. Namun, orang yang obesitas cenderung mengalami resistensi leptin, yaitu gangguan dalam penerimaan sinyal tersebut oleh otak. Akibatnya, mereka terus merasa lapar dan sulit mengontrol nafsu makan,” jelasnya.

Mahasiswa rantau seringkali melewatkan sarapan karena berbagai alasan. Menurut Arizta, kebiasaan ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan, terutama dapat meningkatkan risiko obesitas. “Orang yang sering melewatkan sarapan memiliki risiko lebih tinggi terkena obesitas. Pasalnya, saat makan siang, mereka cenderung mengonsumsi makanan dalam porsi yang lebih besar, bahkan dua hingga tiga kali lipat dari porsi normal,” jelas Arizta.

Arizta juga tak lupa membagikan tips untuk menyiapkan sarapan yang sederhana namun tetap menerapkan gizi seimbang bagi mahasiswa. Ia mengungkapkan bahwa piring gizi seimbang harus mencakup protein, lemak, mineral, vitamin, dan karbohidrat.

“Mahasiswa dapat memilih roti atau kentang sebagai sumber karbohidrat, serta susu atau telur sebagai sumber protein dan lemak. Setengah porsi piring makan sebaiknya diisi dengan buah potong atau sayur yang bisa dibeli di supermarket. Kemudian, kurangi konsumsi makanan yang digoreng. Jika sudah mengonsumsi makanan yang digoreng saat sarapan, pilihlah makanan rebus, kukus, atau panggang untuk makan siang dan malam,” pungkasnya. 

Penulis: Raissyah Fatika

Editor: Yulia Rohmawati