Universitas Airlangga Official Website

Alumnus FIB Teliti Wacana Kesehatan dalam Gerakan Komunis Era Kolonial

Alfian Widi saat memaparkan hasil penelitian dalam konferensi HOMSEA 2025 (Foto: Dok. Narasumber)
Alfian Widi saat memaparkan hasil penelitian dalam konferensi HOMSEA 2025 (Foto: Dok. Narasumber)

UNAIR NEWS – Menambah deretan alumni berdampak, Alfian Widi, lulusan program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) sukses memaparkan hasil penelitiannya dalam konferensi HOMSEA. Acara berlangsung selama tiga hari pada Selasa (24/6/2025) hingga Kamis (26/6/2025). History of Medicine in Southeast Asia (HoMSEA) merupakan konferensi yang mempertemukan para sejarawan, psikolog, dokter dan peneliti yang mempunyai ketertarikan dengan dunia kesehatan di lingkup Asia Tenggara. Dalam HOMSEA, Widi, sapaan akrabnya, mempresentasikan penelitian tentang wacana isu sanitasi dan kesehatan dan kaitannya dengan gerakan komunisme era kolonial.

Soroti Kesehatan Masyarakat Era Kolonial

Widi menyampaikan pada konferensi tentang produksi wacana mengenai isu sanitasi dan kesehatan masyarakat yang dilemparkan oleh PKI Tjabang Soerabaja tahun 1925. Ia juga menambahkan bagaimana proses penulisan topik yang dibahas tersebut.

“Nah dari hal itu, saya menggunakan beberapa surat kabar PKI Tjabang Soerabaja sebagai sumber utama. Di situ SAYA juga menemukan bahwa wacana yang dilontarkan oleh organisasi tersebut sangat menarik,” ucapnya.

Kemudian Widi juga menyoroti bahwa isu sanitasi itu menjadi hal yang sangat penting. Di mana saat era kolonial, masyarakat pribumi khususnya, sangat rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan isu sanitasi dan sungai.

Hasil penelitian yang Widi paparkan tidak terlepas dari minat terhadap sejarah kesehatan dan ditambah dengan fokus dalam sejarah gerakan komunis di Indonesia. “Di sini saya menemukan ide bahwa gerakan komunis memiliki pemikiran tersendiri dalam melihat masalah kesehatan masyarakat. Masalah itu akan selalu berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik,” ungkapnya.

Pada akhir dari presentasi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, Widi mendapatkan beberapa pertanyaan menarik dan membuka wawasan baru. Harapannya, keikutsertaan Widi dalam konferensi tersebut mampu menambah wawasan untuk masyarakat. Ia juga berharap bisa terus melanjutkan penelitian yang lainnya.

“Tanggapan para peserta lainnya sangat baik dan saya mendapatkan beberapa pertanyaan menarik seperti salah satunya mengenai cara pandang gerakan komunis terhadap native everyday life problem. Pertanyaan itu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Semoga saya dapat terus melanjutkan penelitian dengan baik dan bermanfaat,” jelasnya.

Penulis: Ersa Awwalul Hidayah

Editor: Yulia Rohmawati