UNAIR NEWS – Pelayanan kesehatan di Indonesia masih tertinggal dari sejumlah negara-negara tetangga, khususnya dalam aspek NCD dan Palliative Care. Hal tersebut menginisiasi American Corner Universitas Airlangga berkolaborasi dengan RounD untuk mengadakan webinar bertajuk “Improving NCD and Palliative Care in Indonesia” pada Selasa, 21 November 2023.
Webinar tersebut berlangsung secara hybrid di Konsulat Jenderal Amerika Serikat Surabaya dan zoom meeting. Sejumlah pembicara yang hadir dalam webinar tersebut adalah dr. Farizal Rizky Muharram (Mahasiswa S2 Global Health Delivery di Harvard Medical School). dr. Raden Lintang Sagoro (Mahasiswa S2 Global Health Delivery di Harvard Medical School). dr Muhammad thoriq (General Manager PT Nusantara Medika Solusindo) serta dr Muhammad Kamil PhD dari Department of neurosurgery Universitas Airlangga.
Sebagai informasi, NCD atau Non-Communicable Disease lebih familiar disebut dengan Penyakit Tidak Menular (PTM). NCD merupakan penyakit non infeksi yang tidak tersebabkan oleh kuman atau mikroorganisme.
Meskipun tidak menular antar manusia dan terdengar tidak semenakutkan penyakit menular seperti COVID-19, penyakit ini perlu tanggapan serius karena juga dapat menyebabkan kematian. Sedangkan palliative care atau perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dengan penyakit yang tidak dapat tersembuhkan.
dr Lintang contohnya, menerangkan bahwa Indonesia cukup tertinggal dalam hal palliative care daripada negara tetangga, Malaysia. “Ada banyak perbedaan dengan fasilitas kesehatan di Malaysia, namun kita masih bisa mengejar,” ujarnya.
Palliative Care
Senada dengan dr Lintang, dr Kamil menyebut bahwa di Jepang, palliative care sangat mendapatkan dukungan dari Pemerintah. Namun di Indonesia, memang belum sesuai ekspektasi. Namun menurutnya, hal tersebut juga tidak lepas dari pemahaman masyarakat mengenai palliative care itu sendiri serta kurikulum di Kampus Kedokteran yang tidak banyak membahas topik tersebut.
“Selama saya sekolah kedokteran hampir dua dekade ini, kurikulum mengenai palliative care dan komunikasi pada pasien mungkin kurang. Namun masih perlu dikonfirmasi dengan data,” kata Kamil.
Adapun dr Thoriq berkata bahwa penanganan permasalahan kesehatan sejatinya dapat dilakukan oleh siapapun, tidak terbatas pada dokter. Ia mencontohkan berbuat hal baik sekecil apapun kepada siapapun.
“Mulailah sedikit perubahan, seperti Mengorganisir komunitas kecil di lingkungan sekitar, yang mungkin berdampak,” terangnya.
Menjelang akhir webinar, dr Farizal menjelaskan bahwa kepercayaan pemangku kebijakan pada sistem kesehatan juga penting dalam peningkatan kualitas penanganan NCD dan palliative care di Indonesia. Tidak hanya berfokus pada coverage, sambungnya, tapi juga perlu untuk memperhatikan kesenangan konsumen.
Ia juga menambahkan di google maps, tidak sedikit puskesmas atau Rumah Sakit yang mendapatkan rating kurang baik. Selain itu, ia juga berujar perlu adanya kolaborasi antara berbagai pihak sekaligus investasi. “Equality healthcare system perlu kolaborasi, investasi juga,” tutupnya.
Penulis : Danar Trivasya Fikri
Editor : Nuri Hermawan
Baca Juga: American Corner UNAIR Ajak Mahasiswa Asal Yordania Sharing Budaya