UNAIR NEWS – Gabungan mahasiswa Universitas Airlangga berhasil terciptanya alat terapi Lymfipum (Lymphedema Fisiotherapeutic Pump) sebagai solusi atas penderita Limfedema akibat pasca operasi kanker payudara.
Ditanya UNAIR News tentang yang melatari penelitian itu, Ketua Tim PKM-PE Lymfipum gabungan UNAIR ini, Dewa Ayu Githa Maharani Supartha menjelaskan bahwa di negara berkembang seperti Indonesia, dari tahun ke tahun pasien kanker terus meningkat. Sedangkan penyakit kanker yang terbanyak di Indonesia adalah kanker payudara.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2015, pada tahun 2013 saja jumlah pasien kanker payudara mencapai 0,5% yaitu sekitar 61.682 pasien. Sekitar 20-53% kanker payudara merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya limfedema (National Cancer Institute, 2012).
Seperti diketahui, limfedema adalah pembengkakan pada bagian ekstremitas atas maupun bawah yang disebabkan oleh terganggunya aliran limfa. Konon Limfedema tidak dapat disembuhkan (Greene, 2015), padahal limfedema bisa menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi ekstremitas, morbiditas, dan berakibat fatal pada kematian.
Selain itu, jumlah tenaga kerja fisioterapi pada tahun 2014 sekitar 6.813 pekerja. Jumlah tersebut belum memadai dengan kebutuhan secara ideal, yaitu seorang fisioterapis per 1000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014).
Dari keadaan itulah gabungan mahasiswa Universitas Airlangga yang diprakarsai Dewa Ayu Githa MS., Lucia Pangestika, Ataul Karim, Mokhammad Deny Basri, dan Mokhammad Dedy Bastomi, berhasil merancang alat terapi Lymfipum (Lymphedema Fisiotherapeutic Pump) sebagai solusi penderita Limfedema akibat pasca operasi kanker payudara.
Mereka adalah gabungan dari mahasiswa S1 Teknobiomedik (Fakultas Sains dan Teknologi/FST), dan mahasiswa D3 Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) Fak. Vokasi. Atas bimbingan dosen Drs. Tri Anggono Prijo, mereka berhasil menyusun makalah bertajuk “Lymfipum – Lymphedema Fisiotherapeutic Pump – Solusi Praktis Patient Post Surgery Breast Cancer” dan berhasil memperoleh dana hibah dari Ditjen Dikti Kemenristek Dikti.
Menurut Dewa Ayu Githa, Lymfipum yang dibuat ini memiliki variasi range tekanan dari 20 mmHg – 60 mmHg. Selain itu terdapat LCD yang akan menampilkan keluaran berupa tekanan yang diberikan. Cara kerja dari Lymfipum yaitu dengan memilih nilai tekanan yang diinginkan dengan menggunakan push button.
Kemudian tekan tombol “oke” maka pompa udara akan mengeluarkan udara, sehingga udara akan masuk kedalam handcuff. Handcuff itu sendiri tediri dari tiga chamber yang akan mengembang dan mengempis secara bergantian seperti memijat. Mengembang dan mengempisnya chamber inilah yang akan mendesak keluar cairan limfa dari daerah yang mengalami pembengkakan (ekstremitas atas).
“Sehingga dengan diciptakannya Lymfipum ini, diharapkan mampu mengurangi resiko kematian akibat terjadinya limfedema pada pasien pasca operasi kanker payudara,” kata Githa berharap mewakili rekan-rekannya. (*)
Penulis : Nuri Hermawan
Editor : Bambang Edy Santosa