UNAIR NEWS – ”Empan kuwi nggawa papan”. Setiap tempat atau lingkungan itu memiliki cara dan tradisi yang berbeda. Canggung, aneh, dan tidak terbiasa, menjadi hal lumrah bagi mereka yang baru datang kali pertama di suatu tempat. Itulah yang dialami Ni Luh Arick Istriyanti saat awal melanjutkan studi S1-nya di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Bagi perempuan kelahiran Bali, 25 Juni 1991 itu, sebuah keberhasilan pasti menemui hambatan dan tantangan. Kendala bahasa itu yang ditemui, terutama saat praktik kerja profesi psikologi (PKPP) di Puskesmas Pegirian Surabaya. Untungnya, lingkungan pendidikan dan pertemanan mendukungnya untuk bisa belajar dan melewati semua kendala itu.
Dan, predikat wisudawan terbaik S-2 Fakultas Psikologi pun akhirnya digapai Arick, sapaan akrabnya. Ia meraih IPK memuaskan, 3,80. Meski studinya banyak menyita waktu karena juga terlibat beberapa penelitian dosen, Arick masih aktif dalam kegiatan pengembangan diri dan sosial lainnya. Misalnya, latihan macapat di Balai Pemuda Surabaya setiap Selasa.
Arick juga turut berpartisipasi membangun desanya melalui tutor pengembangan karakter dan nilai-nilai budaya untuk anak-anak SD, di Desa Sibangkaja, Badung, Bali. Disana pula dia sekaligus mengambil sampel untuk penelitian tesisnya yang berjudul ”Efektivitas Acceptance And Commitment Therapy dalam Meningkatkan Penerimaan Orang Tua terhadap Anak Laki-Laki Down Syndrome pada Budaya Patriarki Bali”.
Selain pendidikan kampus, Mbok (mbak/sapaan perempuan Bali) yang menempuh pendidikan S-1 Prodi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ini aktif mengikuti konferensi, baik dalam maupun luar negeri. Tahun 2012 Arick mengikuti International Conference Promoting Happiness, Health and Quality of life, The Role of Psychology, Technology and Environmental Sciences Langkawi Island Malaysia.
Terbaru, Arick menjadi penyaji paper Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Klinis Jakarta pada 10–11 Agustus 2017. Baginya, kunci semua itu adalah paham dengan tanggungjawab, jalin komunikasi yang baik, dan bangun motivasi diri.
”Apa pun yang telah terjadi, semuanya baik. Yang sedang terjadi, semuanya berjalan baik. Dan, yang akan terjadi, bakal menjadi baik pula. Kamu tidak perlu menyesali masa lalu. Jangan khawatir akan masa depan, jalanilah kehidupan pada hari ini,” tutur Arick seperti yang dirinya kutip dari Bhagavad Gita. (*)
Penulis: Feri Fenoria
Editor: Binti Quryatul Masruroh