Universitas Airlangga Official Website

Atasi Krisis Sungai Brantas, UNAIR-TU Delft Belanda Libatkan Perempuan

Atasi Krisis Sungai Brantas, UNAIR-TU Delft Belanda Libatkan Perempuan
Atasi Krisis Sungai Brantas, UNAIR-TU Delft Belanda Libatkan Perempuan

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) berkomitmen dalam penanganan terhadap isu-isu lingkungan di sekitar. Terbukti, UNAIR melalui Fakultas Sains dan Teknologi (FST) menjalin kolaborasi dengan Technische Universiteit (TU) Delft Belanda serta aktivis lingkungan dan Non Governmental Organization (NGO) dalam penanganan krisis sungai Brantas. 

Sungai sepanjang 120 Km yang mengalir melalui 16 kabupaten dan kota ini sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Terutama dalam penyediaan air untuk pertanian, peternakan, pemukiman, dan industri. Namun, sungai itu kini menghadapi tantangan lingkungan, termasuk pencemaran air.

Kolaborasi internasional dan lintas lembaga tersebut akan berfokus pada penyelesaian krisis kualitas air sungai Brantas. TU Delft Belanda sebagai pemrakarsa telah memulai program itu sejak 2018. Krisis air di sungai Brantas telah mendapat sorotan sejak 5 tahun lalu. Tahun 2024 merupakan masa desiminasi program lanjutan.

Selain UNAIR, ada tiga perguruan tinggi lain yang terlibat. Yaitu, Universitas Brawijaya (UB), Universitas Merdeka, dan Institut Teknologi Nasional Malang. Termasuk melibatkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Bappeda, dan Bappenas Jawa Timur.

Mereka mencanangkan program seperti pembuatan website dan aplikasi untuk mengawasi dan memantau sungai. Termasuk melakukan patroli air dan penyuluhan bersama instansi terkait untuk memperbaiki kualitas air serta mengatasi bangunan liar.

Program bertajuk Brantas Harmoni itu bertujuan mengurangi polusi dan mengendalikan kontaminasi limbah industri. Penanganan tersebut menggunakan metode penguatan pentahelix. Yakni, kolaborasi lima pilar utama yaitu pelaku usaha, praktisi, komunitas, akademisi, pemerintah, dan media.

Untuk mengetahui perkembangan program, FST UNAIR menggelar Seminar Sehari Kualitas Air di UWS Brantas pada Kamis (25 April 2024) di Hotel Majapahit Surabaya. Saat memberikan sambutan, Wakil Dekan III FST UNAIR Dr Fatmawati MSi menyebutkan bahwa kelestarian sumber daya alam sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya sungai. 

“Namun, kita tidak menyadari bahwa sungai-sungai kita mengalami berbagai tantangan dan masalah terkait dengan pencemaran. Perlu ada kolaborasi berkelanjutan semua pihak untuk menjaga keseimbangan ekosistem air, khususnya sungai Brantas,” katanya. 

Selain itu, turut hadir Fauzy Nasruddin S T M Sc selaku PLT Gubernur Jatim. Dalam sambutannya, mantan sekretaris Dinas PU Sumber Daya Air Jawa Timur itu menekankan pentingnya kolaborasi secara berkelanjutan. Selain itu, perlu ada berbagai upaya melalui strategi inovatif menjaga sungai Brantas. Termasuk kesadaran menyampaikan laporan pada instansi pemerintah agar ada tindakan penanganan secara cepat. 

Atasi Krisis Sungai Brantas, UNAIR-TU Delft Belanda Libatkan Perempuan

Dalam mengetahui perkembangan program, FST UNAIR menggelar Seminar Sehari Kualitas Air di UWS Brantas pada Kamis (25 April 2024) di Hotel Majapahit Surabaya. Pada kesempatan itu pula, Prof Dr Emy Susanti Dra MA selaku guru besar Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR menyoroti pemberdayaan perempuan di sekitar sungai Brantas. Berdasar riset dan penelitiannya, masih minim pengetahuan perempuan terkait apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan. 

“Partisipasi perempuan dalam pemberdayaan sungai Brantas tidak seperti yang kita bayangkan. Mereka tidak tahu bahwa sungai tercemar. Banyak yang tidak setuju bahwa sungai ini dikotori oleh pabrik,” imbuhnya.

Prof Emy juga menambahkan, rata-rata perempuan tidak tahu kaitan antara pencemaran lingkungan dan penyakit yang ditimbulkan. Seperti penyakit kulit atau yang menyerang saluran pencernaan. 

Menurut keterangan Prof Emy, meningkatkan kesadaran perempuan terkait pentingnya pelestarian lingkungan dan air juga menjadi esensi utama yang patut disorot. Hal tersebut juga ditujukan untuk pemberdayaan perempuan

“Fokus pada pemberdayaan perempuan juga penting, banyak kader perempuan yang bisa menjadi garda terdepan dalam memberikan pengetahuan bahwa air sungai tercemar,” katanya.

“Seluruh instansi harus terlibat, seperti dalam memberikan pelatihan dan terjun langsung ke lapangan dalam memberikan edukasi bukan hanya sekadar omong kosong belaka,” imbuhnya.

Penulis: Marshafyennda Scarbella

Editor: Feri Fenoria

Baca Juga:

Kolaborasi dengan Konsorsium Belanda, UNAIR Bantu Tingkatkan Pengelolaan Sungai Brantas

Guru Besar FKH Terangkan Kaitan Aspek Biorisk Terhadap Sungai Brantas