n

Universitas Airlangga Official Website

Atasi Pencemaran, Beli Sayuran Cukup dengan Sampah Popok Bayi

UNAIR NEWS – Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi pencemaran sungai yang terjadi di Kota Surabaya, empat mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menggagas metode baru dalam mencegah pencemaran pada salah satu sungai di kawasan Gunung Anyar Tengah, Surabaya. Metode baru yang dimaksud adalah membeli sayur memakai popok bayi (diaper) yang disingkat LISA KEPO.

Keempat mahasiswa FKM UNAIR penggagas ide tersebut adalah Anca Laika (FKM/2015), Musyayadah (FKM/2015), Elsya Vira Putri (FKM/2014), dan Ahmad Habibullah (FKM/2014). Ide tersebut kemudian mereka tuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dan berhasil lolos seleksi pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) tahun 2016.

Mengapa menggunakan popok bayi? “Metode ini berawal dari keprihatinan kami terhadap kondisi Sungai Kali Mas Surabaya yang tercemar akibat melimpahnya limbah popok bayi. Sedangkan di wilayah Gunung Anyar Tengah terletak di lokasi yang diapit dua sungai, sehingga berpotensi untuk dicemari oleh limbah yang berasal dari popok bayi bekas,” ungkap Anca Laika, Ketua Tim PKM-M ini.

Sesuai dengan ilmu kesehatan lingkungan yang mereka dapatkan di bangku kuliah, popok bayi itu mengandung zat bernama Gel Sodium Polyacrylate, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi media tanam sayuran, atau sering disebut sebagai METAPOK (MEdia TAnam POpok). Bahkan gagasan mereka ini mendapat apresiasi dari Dinas Pertanian Pemerintah Kota Surabaya dengan membantu memberi bibit sayuran agar bisa ditanam menggunakan METAPOK tersebut.

Dalam proses implementasi gagasan, tim PKM-M LISA KEPO memberdayakan para ibu anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat. Tim PKM mengajak para ibu PKK untuk membuat bank sampah yang cukup besar, tujuannya untuk menampung popok bayi bekas.

Setiap warga yang menyetorkan sampah popok bayi juga dianjurkan untuk membawa buku tabungan popoknya. Di buku itu kemudian dicatatkan jumlah popok yang di kumpulka setiap hari ke pengurus bank sampah. Semakin banyak sampah popok bekas yang dikumpulkan di bank sampah, semakin  banyak pula sayuran hasil tanam yang dihasilkan. Metode inilah yang diberi nama LISA KEPO (beLI SAyur paKEk POpok).

Anca dan kawan-kawan berharap, dengan adanya penemuan ini maka intensitas pembuangan popok bayi bekas bisa berkurang, kemudian gagasan ini juga bisa menyebar ke daerah lain. Sebetulnya tujuan dari ide ini hanya ingin agar masyarakat tidak membuang sampah diaper ke sungai, sebab dampak dari pembuangan popok bayi bekas ini, menurut penelitian ecoton pimpinan Prigi Arisandi, membuat 85% ikan di Kali Surabaya berkelamin betina.

“Kondisi ini bisa menyebabkan kepunahan ikan yang hidup di Sungai-sungai di Surabaya,” tutur Anca Laika, ketua pelaksanaan dalam program PKM ini.

Disinyalir, pembuangan sampah popok bayi di sungai yang dilakukan masyarakat Surabaya ini merupakan perkembangan budaya bahwa popok bayi tidak boleh dibakar. Ada kepercayaan di masyarakat jika membuang popok bayi ke tempat sampah, mereka meyakini nantinya sampah popok itu akan dibakar ketika di TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah), dan itu dipercaya dapat membuat bayi mereka terserang ”Suleten” (iritasi kulit pada area sekitar kelamin). (*)

Editor : Bambang Bes