Universitas Airlangga Official Website

Bahaya Toxic Relationship, Dosen Psikologi UNAIR: Power dan Kontrol Menjadi Awal Mula Hubungan Tidak Sehat

Ilustrasi Toxic Relationship yang mengancam kesehatan mental (Sumber : klikdokter)

UNAIR NEWS – Platform Tiktok kembali mengeluarkan tren konten “he/ she is 10 but” yang sering digunakan oleh penggunanya untuk sindiran ala komedi dalam suatu hubungan. Konten tersebut membuat seseorang memberikan penilaian kepada pasangan dari satu hingga sepuluh.

Hal ini dapat menjadi acuan bagi pasangan, apakah mereka berada dalam toxic relationship atau tidak. Dosen Psikologi Universitas Airlangga Tiara Diah Sosialita, MPsi Psikolog menjelaskan seringkali ada power and control  yang digunakan pelaku toxic relationship pada setiap hubungan.

Secara psikologis, power and control selalu mempengaruhi dalam siklus hubungan yang tidak sehat, lanjutnya, salah satu gejalanya terdapat kekerasan baik fisik maupun emosional. Kedua elemen ini dimanfaatkan pelaku untuk melanjutkan kekerasan atau perilaku toxic ke pasangannya tanpa merasa takut dan khawatir terus menerus.

“Cara menggunakan power dan kendalinya, seperti paksaan; ancaman; intimidasi; melukai secara emosional; mengisolasi pasangan; menyalahkan atau menggunakan sesuatu yang memberatkan. Korban kekerasan dalam jangka panjang, mereka mengembangkan rasa tidak berdaya; kepercayaan yang keliru, bahwa segala usaha tidak akan berhasil; dan merasa tidak pantas mendapatkan hubungan yang lebih baik,” papar Dosen Kesehatan Mental saat dihubungi tim UNAIR NEWS, Rabu (27/07.2022).

Menurut Tiara, orang yang memanfaatkan power and control kepada partnernya sebenarnya lemah. Dibalik karakter berkuasanya, ada sisi sensitif terhadap hal-hal yang meruntuhkan power and control, termasuk penolakan dari korbannya yang berani mengungkapkan ketidaksetujuan

Tidak hanya laki-laki, perempuan bisa menjadi pelaku toxic relationship. Kalau laki-laki menunjukkan power and control dalam bentuk fisik, agresif, dan verbalisasi yang kasar. Sedangkan perempuan menggunakan cara berbeda, misalnya mengendalikan pasangan dengan mengancam, ngambek, bermain secara emosi atau manipulasi lainnya.

“Dampak dari toxic relationship dapat merusak kesehatan mental kita, tetapi banyak orang terjebak dan tidak sadar hubungan itu ibarat racun lambat laun merusak mereka sendiri. Hubungan tak sehat bisa tergolong konteks apapun, termasuk dalam hubungan keluarga, teman sekitar, rekan kerja, sampai di kehidupan bermasyarakat,” ujarnya

Ciri-ciri Red Flag

Perlu mengetahui tanda bahaya atau dikenal dengan red flag sebelum hubungan itu tidak terselamatkan merupaan solusi terbaik. Berdasarkan Tiara dalam bidang psikologis, berikut ciri-ciri pada seseorang sebagai red flag:

●   Pelaku selalu menempatkan diri seolah-olah mereka itu korban, terkadang dibandingkan melakukan perilaku agresif. Sebaliknya mereka berniat memanipulasi atau mengontrol agar partner bisa dikendalikan.

●   Suka mengkritik dan sinis. Pelaku menganggap dirinya itu lebih tau daripada korbannya.

●   Sering membuat perpecahan antara pasangan dengan pihak lain, sampai memisahkan anda dari kehidupan sosial.

●   Mudah meledak dan marah sampai melakukan intimidasi baik secara verbal maupun fisik

Karakteristik  orang yang toxic memiliki kecenderungan hubungan yang tidak sehat. Sebagai Ahli Kesehatan Mental Remaja, Tiara mengingatkan agar lebih sensitif dan tidak boleh membohongi diri sendiri berada toxic relationship.

Penulis: Balqis Primasari

Editor: Nuri Hermawan