UNAIR NEWS – Skrining Pap Smear setahun sekali tampaknya belum begitu membudaya di kalangan perempuan Indonesia. Padahal, tidak ada yang perlu ditakutkan dari metode skrining kanker serviks satu ini. Berani Pap Smear sama artinya dengan kita mengupayakan langkah antisipatif.
Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, melalui Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Soetomo-FK UNAIR, menyosialisasikan pentingnya pemeriksaan Pap Smear dengan menggelar acara pemeriksaan Pap Smear gratis untuk karyawan dan staf Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo-FK UNAIR. Kegiatan ini berlangsung di Poli KB-2 RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Koordinator kegiatan, dr. Ardi Eko Marsanto mengungkapkan, kegiatan itu digelar untuk memeriahkan peringatan Dies Natalis UNAIR ke-63 sekaligus bentuk sosialisasi pentingnya melakukan skrining kanker serviks.
“Untuk skrining kanker serviks, Pap Smear lebih mudah dan punya nilai akurasi lebih tinggi ketimbang skrining menggunakan metode IVA,” ujanrnya.
Dari sekian banyak kasus penyakit organ reproduksi perempuan, kanker serviks masih menjadi penyebab utama kematian para perempuan di Indonesia. Hal itu ditengarai karena minimnya cakupan skrining kanker serviks.
“Mendengar kata kanker serviks, orang cenderung takut duluan. Padahal kalau toh hasilnya positif itu belum kanker, melainkan masih pra kanker,” ungkapnya.
Hal ini amat disayangkan, padahal jika, skrining Pap Smear dilakukan sejak dini, kemungkinan adanya lesi pra kanker dapat diketahui lebih awal, karena skrining tersebut memberikan hasil yang lebih spesifik dan akurat.
“Kalaupun positif ada lesi pra kanker, maka sangat mungkin untuk diobati dan disembuhkan, karena masih stadium awal,” ungkapnya.
Selanjutnya, Ardi juga mengatakan bahwa gejala pra kanker serviks umumnya ditandai dengan keputihan berulang. “Kalau masih pra kanker umumnya tidak disertai keputihan berulang. Sementara indikasi Pap Smear menunjukkan, jika pasien sudah mengalami keputihan berulang maka sudah terindikasi stadium 2 kanker serviks,” ungkapnya.
Jika saat hasil skrining menunjukkan tanda-tanda adanya kelainan pada serviks, tambah Ardi, maka selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan kolposkopi. Yakni memasukkan kamera kecil masuk kedalam vagina untuk memeriksa adanya sel yang abnormal di dalam atau di sekitar vagina, vulva, atau serviks (leher rahim).
Dengan visualisasi yang lebih jelas, menurut Ardi, diharapkan dapat diketahui secara jelas kondisi patologisnya, sehingga dapat dilakukan biopsi untuk mengetahui kedalaman infasi sel kanker.
“Dengan cara ini akan diketahui stadium kankernya, sehingga menentukan langkah penanganan berikutnya,” ungkapnya.
Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha
Editor: Nuri Hermawan