UNAIR NEWS – Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Universitas Airlangga (UNAIR) dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Timur menggelar Forum East Java Economic (Ejavec) Forum – Conference and Winner Announcement. Ejavec 2023 yang berlangsung mulai Maret – Juli ini merupakan program tahunan kesepuluh. Kali ini kegiatan itu mengusung tema Mendorong Resiliensi Ekonomi Jawa Timur yang Inklusif dan Berkelanjutan di Tengah Meningkatnya Ketidakpastian Global.
Dalam serangkaian Ejavec yang berakhir pada Rabu (26/7/2023), berlangsung talkshow yang menghadirkan dua narasumber. Prof Iwan Jaya Aziz hadir sebagai salah satu narasumber dan mengusung judul Manajemen Krisis Ekonomi dan Strategi untuk Mendukung Resiliensi Ekonomi Jawa Timur.
Dalam materinya, Prof Iwan mengusung topik terkait dengan daerah yang ada di Indonesia. Lebih lanjut, banyak sekali permasalahan ekonomi yang ada di Indonesia. Namun masalah kesehatan lebih menguasai. Tandasnya, kesehatan mempengaruhi segala hal di dalam kehidupan termasuk masalah ekonomi.

Pentingnya Tahu Konsumsi Perkapita
Dalam materinya, Prof Iwan mengatakan banyak daerah yang meremehkan hasil daerah dan menganggap bahwa hasil proses selalu lebih baik. Pemikiran seperti itu tidaklah sepenuhnya benar. Lebih lanjut, selain memberikan efek samping pada kesehatan hal tersebut juga berpengaruh pada perkembangan ekonomi daerah.
“Pertama yang harus kita lakukan adalah untuk tidak berfokus pada pendapatan perkapita. Banyak sekali studi daerah yang menyebutkan GRDP perkapita. Itu tidak mencerminkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Selanjutnya, Prof Iwan menyebut bahwa banyak kasus yang terdapat di daerah dengan GRDP perkapita tinggi namun kesejahteraan masyarakatnya rendah. Menurutnya, alternatif yang dapat kita lakukan adalah dengan memperhatikan konsumsi perkapita.
SDGs Salah Satu Kunci Kemajuan Ekonomi
Kemudian, Prof Iwan juga menyampaikan terkait dengan kegagalan Indonesia dalam menerapkan SDGs di beberapa tahun terakhir. Lebih lanjut, ia berasumsi bahwa keseriusan Indonesia dalam menerapkan SDGs saat ini belum maksimal.
“Saran saya kalau ingin konkrit mencari solusi pembangunan ekonomi di Jawa Timur harus mendapat perhatian dengan betul terkait dengan SDGs. Usul saya, gunakan ukuran produktivitas. Sederhananya dapat menghitung antara apa yang kita hasilkan dengan apa yang digunakan atau bahan baku,” lanjutnya.
Pemberi Kebijakan Harus Mengenal Modal Sosial Target
Banyak sekali kebijakan sudah diajukan untuk membantu masyarakat terbelakang, termasuk UMKM. Keadaan UMKM yang tidak berubah banyak bukanlah menjadi kesalahan kebijakan. Tetapi kebijakannya tidak sesuai dengan modal sosial yang hidup di masyarakat UMKM.
“Ide dan kebijakan yang bagus tersebut tidak sejalur dengan keadaan yang para UMKM alami. Sederhananya, yang membuat kebijakan dengan yang kebijakan beri memiliki pemikiran yang tidak nyambung. Intinya, pemberi kebijakan harus mampu mengenal seperti apa modal sosial yang dimiliki target agar pemikiran keduanya dapat sejalan,” jelas Prof Iwan.
Pada akhir materi, Prof Iwan menutup dengan memaparkan studi kapital salah satu tokoh ekonom, Kenneth Arrow. Keempat modal yang dipikirkan Arrow terdapat satu modal yang memberikan kontribusi terbesar yaitu modal kesehatan. Tandasnya, Sebaik-baiknya perekonomian yang besar apabila modal kesehatan tertinggal maka tidak bisa menjadi hal yang optimal.
Penulis: Cahyaning Safitri
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: Bangga, 15 Mahasiswa FH UNAIR Jadi Awardees Beasiswa Bank Indonesia