Universitas Airlangga Official Website

Bappeda Jatim Gandeng FKM dalam Rencana Aksi Penanggulangan TBC

Prof Ratna Dwi Wulandari SKM MKes (tengah) saat memberikan paparan dalam acara kerja sama Bappeda Jatim dan FKM
Prof Ratna Dwi Wulandari SKM MKes (tengah) saat memberikan paparan dalam acara kerja sama Bappeda Jatim dan FKM (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Timur (Jatim) bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR). Bappeda bersama FKM UNAIR melaksanakan seminar akhir yang berlangsung di Ruang Dewa Ruci, Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C, UNAIR, Selasa (10/12/2024). Kerja sama tersebut dalam rangka upaya Bappeda Jatim dalam penanggulangan TBC.

Jalinan kerja sama tersebut dalam rangka mempercepat eliminasi tuberkulosis (TBC) di wilayah Jawa Timur. Prof Dr Ratna Dwi Wulandari SKM MKes, selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa Rencana Aksi Daerah (RAD) yang dirancang untuk penanggulangan TBC akan diajukan sebagai sebuah peraturan gubernur.

“Dokumen RAD yang hari ini kita rapatkan nantinya akan menjadi lampiran dalam peraturan gubernur. Sehingga nanti ini akan menjadi acuan bagi semua kabupaten atau kota, serta organisasi perangkat daerah (OPD) untuk melakukan kegiatan yang sama dalam penanggulangan TBC,” jelas Prof Ratna.

Penyakit tuberkulosis memiliki peningkatan sepanjang tahun 2024 ini. Bahkan, Indonesia berada di posisi ke 2 sebagai negara terbesar di dunia penyumbang penderita TBC. Melalui situasi tersebut, Bappeda dengan menggandeng FKM UNAIR merancang RAD yang juga bersinergi dengan bidang dan OPD lainnya. 

Foto bersama undangan OPD dalam konsultasi publik guna Rencana Aksi Daerah Tuberkulosis
Foto bersama undangan OPD dalam konsultasi publik guna Rencana Aksi Daerah Tuberkulosis (Foto: Istimewa)

“Karena TBC ini kasusnya kian hari semakin tinggi, sehingga kini penanggulangan TBC menjadi salah satu program prioritas nasional. Artinya setiap daerah, baik provinsi dan kabupaten/kota harus punya aksi nyata dalam menangani kasus ini,” terang Prof Ratna.

Selayaknya penanggulangan sebuah penyakit memang harus dimulai sedini mungkin dengan tepat dan cermat. Untuk itu, kontribusi dan kerja sama semua pihak sangat dibutuhkan dalam kasus ini. Perlu adanya promosi dan edukasi berkelanjutan, yang tidak hanya menjadi tanggung jawab dinas kesehatan. “Apa yang tertulis di RAD ini akan menjadi tanggung jawab bersama, yang nantinya akan kita realisasikan bersama mulai tahun 2025 sampai 2026,” ujar Prof Ratna

Penulis: Syifa Rahmadina

Editor: Yulia Rohmawati