UNAIR NEWS – Usai pemilihan Pemira, BEM Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Airlangga kembali memasuki babak baru kepengurusan. Berdasarkan hasil voting suara terpilih nama Rafi Addimaysqi, Presiden BEM terpilih dan Mega Ayunita S, Wakil Presiden BEM. Mengusung kabinet Nirwasita dalam arti bahasa sansekerta yaitu kebijaksanaan, harapan membawa prinsip-prinsip kebijaksanaan dalam keputusan dan langkah yang akan dijalankan.
Kedua pemimpin tersebut mewujudkan Keluarga Mahasiswa (KM) FK UNAIR yang berkualitas, dengan menjadikan BEM Fakultas sebagai wadah yang kredibel berdasarkan tri dharma perguruan tinggi. Langkah itu berangkat dari sudut pandang dinamika dari selama menjadi bagian dari BEM KM FK UNAIR. Lalu Menyebarkan sebuah survei kepada KM dan seluruh perangkat yang ada di dalamnya untuk menjadi validasi tersebut.
“Berangkat dari dinamika-dinamika KM FK UNAIR, yang pada akhirnya membuat saya memantapkan pilihan menjadi calon ketua BEM periode ini, membawa sesuatu yang bersifat mengubah adalah hal yang juga membuat saya terjun pada bidang ini,” tuturnya.

Peran dan Langkah yang Dilakukan
Bagi Rafi BEM dalam kehidupan kemahasiswaan sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan mahasiswa dan kebijakan-kebijakan yang ada, karena peran BEM merupakan jembatan di antara kedua elemen tersebut. BEM bersama Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) membantu perencanaan hingga pelaksanaan dari kebijakan yang ada di kampus, hal ini yang menjadi sarana dan wadah bagi mahasiswa melalui program yang akan direalisasikan.
Langkah yang akan diambil membuat secara jelas garis-garis dari keorganisasian yang ada di BEM KM FK UNAIR, kemudian akan disampaikan kepada KM dan berkolaborasi dengan seluruh elemen yang ada, tidak hanya dari keluarga mahasiswa itu sendiri, melainkan juga dari pihak dekanat dan seluruh Tenaga Pendidikan (tendik) terkait dari segi internal untuk menunjang visi misi tersebut.
Rafi menyampaikan, program kerja unggulan yang direncanakan adalah tentang pemanfaatan dari desa binaan dan program Medical Career Update (MCU) untuk KM. Desa binaan akan dibuat secara tersentralisasi untuk seluruh ormawa dengan intervensi secara tematik sesuai dengan data dari riskesdas dan survei kualitatif, dibuka secara inklusif untuk KM sebagai media untuk mengabdi bagi KM.
Selain itu, terdapat MCU yang merupakan kegiatan untuk mengenalkan jenjang profesi kepada KM. Ia menambahkan ditahun ini mereka ingin mengenalkan departemen atau spesialisasi yang ada di rumah sakit kepada KM.
Tantangan yang Sedang Mencuat
Rafi menekankan, di dalam sebuah organisasi pastinya terdapat tantangan-tantangan yang berasal dari eksternal maupun internal BEM. Salah satunya adalah derasnya arus politik menjelang pemilu yang akan berlangsung pada 2024, lingkungan akademis diharapkan sebagai wadah netral untuk mahasiswa. BEM dalam hal ini akan membantu untuk mewujudkan hal tersebut mengingat situasi yang ada sudah semakin panas.
“Kami akan mencoba untuk melakukan edukasi terkait hal-hal yang berkaitan dengan pemilu untuk meningkatkan awareness dari KM FK UNAIR dan menjaga batas-batas netralitas,” jelasnya.
Penulis: Mutiara Rachmi Karenina
Editor: Khefti Al Mawalia