Universitas Airlangga Official Website

Bawakan Tarian ‘Si Pengabdi’, Mahasiswa FIB Raih Juara Favorit Ksatria Tari Indonesia 2022

Hemas Kumala Dewi, mahasiswa FIB UNAIR, peraih Juara 4 dan Juara Favorit pada kompetisi Ksatria Tari Indonesia 2022.

UNAIR NEWS – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Airlangga. Hemas Kumala Dewi, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR, berhasil meraih Juara Favorit pada kompetisi Ksatria Tari Indonesia 2022 yang digelar oleh Kemendikbudristek RI dan Swargaloka.

Tak hanya itu, Hemas sapaan akrabnya, juga berhasil meraih Juara 4 pada kompetisi tersebut. Dua penghargaan itu diterima Hemas pada pentas kolaborasi antara Swargaloka, TRANS TV, serta Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemenristekdikti di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Jumat (9/12/2022).

Pada kompetisi itu, Hemas membawakan sebuah karya tari bertajuk Si Pengabdi. “Tarian ini merupakan ciptaan dari Bathara Saverigadi dari sanggar tari Swargaloka,” terang Hemas pada wawancara Rabu (21/12/2022).

Si Pengabdi, lanjut Hemas, merupakan karya tari yang terinspirasi dari film Pengabdi Setan karya sutradara Joko Anwar. Tarian itu bercerita tentang suatu ritual guna membangkitkan arwah orang yang telah meninggal dengan melakukan sekte dan memohon pertolongan kepada iblis.

“Karya ini berusaha menyampaikan bahwa praktik demikian hanya akan membawa ketidaktenangan kepada arwah. Membuat mereka tidak hanya meneror orang lain, tapi juga dirinya sendiri,” jelas mahasiswa prodi S1 Bahasa dan Sastra Inggris angkatan 2020 itu.

Hemas Kumala Dewi, mahasiswa FIB UNAIR, peraih Juara 4 dan Juara Favorit pada kompetisi Ksatria Tari Indonesia 2022.

Karya tari yang didominasi unsur Banyumasan dengan motif gerak Lenggeran itu dipilih Hemas karena gerakannya yang cukup dinamis. “Alasan memilih untuk menampilkan tari ini karena gerak dalam tari ini cukup dinamis dan sulit sehingga saya tertantang untuk mengeksplor gerakannya,” tutur mahasiswa yang telah aktif menari sejak kelas 2 SD itu.

Guna mempersiapkan kompetisi ini, Hemas rutin melakukan latihan selama dua minggu menjelang pengiriman video karya yang nantinya akan dilakukan penilaian oleh dewan juri.

“Untuk persiapannya sendiri, (saya, Red) hanya latihan rutin selama dua minggu dan syuting video dilaksanakan di Gedung Teater STKW Surabaya,” terangnya.

Meskipun diakui Hemas sempat kesulitan membagi waktu saat persiapan lomba, namun video karya tari yang dikirimkannya berhasil menarik perhatian dewan juri.

“Semoga dengan mendapat prestasi ini, saya dapat menjadi inspirasi dan memotivasi  teman-teman untuk terus melestarikan kesenian tradisi di tengah modernisasi,” tutup Hemas. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh