UNAIR NEWS – Kelompok Mahasiswa Belajar Bersama Komunitas (BBK) 4 Universitas Airlangga (UNAIR) sukses menyelenggarakan acara penyuluhan di Sukomanunggal, Surabaya. Acara penyuluhan tersebut bertema “Peluang dan Tantangan Inovasi Herbal: Upaya Membangun Pertumbuhan Ekonomi melalui Industri Padat Karya di RW 04 Kelurahan Sukomanunggal”.
Kegiatan berlangsung sejak Selasa (2/7/24) hingga Minggu (21/7/24), dengan menghadirkan dua narasumber. Di antaranya Rico Ramadhan SSi MP PhD dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dan Myrna Adianti SSi MKes PhD dosen Fakultas Vokasi (FV) Program Studi D4 Pengobatan Tradisional.
Ciptakan Inovasi Herbal
Acara penyuluhan berfokus pada peluang dan tantangan inovasi herbal dengan tujuan memberikan ide bisnis yang dapat membangun pertumbuhan ekonomi lokal. Filah Ma’mala, mahasiswa D4 Pengobatan Tradisional, berkesempatan mendemonstrasikan proses pembuatan teh herbal. Sementara itu, Alda Zain Salsabila, mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi memaparkan strategi pemasaran. “Jadi untuk demonstrasinya, kami berinovasi mengkombinasi bunga telang dan kemangi, yang diyakini dapat meningkatkan imunitas,” jelas Filah.
Bukan tanpa alasan Filah dan tim berinovasi membuat teh berbahan telang dan kemangi. Bunga telang dipercaya memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan mampu meningkatkan imunitas tubuh. Selain itu, daun kemangi juga banyak ditemukan di daerah RW 4 Sukomanunggal, menjadikannya bahan yang mudah diakses dan bernilai ekonomis.

Dengan memanfaatkan bahan lokal yang melimpah, inovasi ini tidak hanya mempromosikan kesehatan. Akan tetapi, juga memberdayakan masyarakat setempat untuk mengembangkan usaha berbasis herbal dengan modal yang relatif rendah.
Proses Pembuatan Teh Herbal
Lebih lanjut, Filah menjelaskan beberapa tahap proses pembuatan teh herbal tersebut. Proses diawali dengan pengumpulan bahan baku khususnya bunga telang dan kemangi yang terdapat disekitar rumah penduduk.
”Jadi setelah bahan terkumpul, kita melakukan sortasi basah atau memilih bahan dari kotoran seperti tanah dan serangga. Setelah itu, bahan dicuci hingga bersih dan dikeringkan langsung dibawah terik matahari,” jelas Filah.
Filah menjelaskan, teknik pengeringan ini juga dipercaya dapat menghilangkan kandungan senyawa aktif dalam bahan. Setelah bahan mengering, selanjutnya dilakukan sortasi kering untuk memisahkan daun yang terlalu kering dan tidak layak untuk dikonsumsi. Terakhir, daun kering ditumbuk kemudian dibungkus dalam tea bag.
”Kami menyarankan kepada masyarakat untuk mengonsumsi tea bag, cukup diseduh dengan air hangat dan ditambahkan gula atau madu sesuai selera. Tea bag telang dan kemangi dapat dikonsumsi dalam waktu dua kali seminggu,” papar Filah.
“Melalui proker ini, harapannya dapat memberikan kontribusi nyata dalam membangun pertumbuhan ekonomi khususnya untuk RW 4 Sukomanunggal. Dengan terciptanya ide bisnis baru yang dapat diadopsi oleh masyarakat setempat, bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka,” tutupnya.
Penulis: Venni Tanujaya
Editor: Yulia Rohmawati