UNAIR NEWS – “Kuliah di UNAIR cukup menyenangkan dan menegangkan. Pesan saya, adik-adik sebaiknya memilih jurusan yang sesuai dengan hati nurani. Kalau sampai salah jurusan, kalian sendiri yang akan rugi,” tutur Abdullah, mahasiswa S-1 Sistem Informasi sekaligus alumnus Madrasah Aliyah Kanjeng Sepuh Gresik.
Ungkapan tersebut disampaikan Abdullah bersama kawan-kawannya lulusan MA Kanjeng Sepuh yang berkuliah di UNAIR, di hadapan seratus MA Kanjeng Sepuh yang bertamu ke Universitas Airlangga, Rabu (27/9), di Aula Student Center Kampus C UNAIR. Kunjungan siswa jenjang sekolah menengah atas sederajat tersebut merupakan acara rutin yang digelar oleh Pusat Informasi dan Humas UNAIR.
Dalam acara kunjungan, ratusan siswa dan perwakilan guru serta kepala sekolah mendapatkan pemaparan secara langsung dari staf PIH UNAIR Hedy Dyah Syahputri, S.Ikom., dan staf Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru Taufiq, M.Si.
Pemaparan materi berlangsung menarik. Materi yang diberikan terkait informasi profil UNAIR dan proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di UNAIR.
Para pelajar MA Kanjeng Sepuh juga cukup aktif dalam merespon dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan apik. Mereka ingin lebih banyak mengetahui tentang fasilitas hingga seleksi penerimaan mahasiswa baru di UNAIR.
“Bagaimana tentang fasilitas yang diberikan UNAIR terhadap anak penyandang cacat? Apakah jalur masuknya berbeda atau sama?” tanya salah satu siswa.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Hedy menerangkan bahwa kampus UNAIR sudah dilengkapi fasilitas yang responsif terhadap sivitas akademika yang mengalami disabilitas. “Contohnya, di Fakultas Kesehatan Masyarakat ada jalan yang dapat dilalui kursi roda,” tutur Hedy.
Taufiq yang juga pengajar Fakultas Sains dan Teknologi menuturkan, proses pembelajaran di UNAIR tak menerapkan diskriminasi kepada siapapun. Hanya saja, untuk diterima di UNAIR, calon mahasiswa wajib memperhatikan persyaratan program studi-program tertentu.
“Misalnya, di Fakultas Kedokteran. Untuk menjadi seorang dokter, mahasiswa di sana tidak boleh memiliki buta warna. Di prodi S-1 Kebidanan, mereka tidak menerima mahasiswa laki-laki,” terang Taufiq.
Pertanyaan lainnya yang muncul dari siswa MA Kanjeng Sepuh antara lain adalah batasan nilai minimum atau passing grade. “Apakah passing grade bisa dijadikan sebagai patokan untuk masuk UNAIR?,” tanya siswa.
Menanggapi itu, Taufiq berpesan agar siswa-siswa tak menjadikan batas nilai minimum sebagai acuan dalam memilih prodi di perguruan tinggi. Menurut Taufiq, siswa sebaiknya meningkatkan kualitas diri dengan belajar dan meraih prestasi jika ingin diterima di UNAIR.
“Yang penting adik-adik belajar dan berprestasi terus menerus,” pungkas Taufiq.
Penulis: Defrina Sukma S
Editor : Nuri Hermawan