n

Universitas Airlangga Official Website

Belajar Menjadi Manusia Utuh bersama Cak Nun

pendidikan
Budayawan Emha Ainun Najib usai mengisi acara "Sinau Bareng Cak Nun dan Kyai Kanjeng, Jumat (12/5). (Foto: Binti Q. Masruroh)

UNAIR NEWS – Kurikulum pendidikan di institusi perguruan dianggap hanya mengajarkan sepertiga dari nilai kemanusiaan. Yakni, benar dan salah. Sisanya, cenderung terabaikan.

“Pendidikan modern hanya mengambil sepertiga nilai kemanusiaan, (hanya) benar dan salah. Tetapi, baik dan buruk, indah dan jelek tidak diperhatikan. Padahal itu semua persoalan hidup,” tutur budayawan Emha Ainun Najib.

Emha atau yang akrab disapa Cak Nun menyampaikan pernyataan tersebut dalam acara “Sinau Bareng Cak Nun dan Kyai Kanjeng”. Acara yang digelar di halaman Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Jumat (12/5), dihadiri ratusan sivitas akademika, serta warga Surabaya dan sekitarnya.

“Diknas (pendidikan nasional) hanya mikir benar dan salah. Maka, jangan harap jadi manusia seutuhnya,” imbuh Cak Nun di hadapan ratusan peserta acara.

Oleh sebab itu, diperlukan inisiatif dari institusi pendidikan untuk membentuk keutuhan manusia melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, serta festival seni dan agama. Muaranya, untuk membentuk keseimbangan diri.

Emha menekankan, lembaga pendidikan seharusnya membuat manusia mencapai jenjang ma’rifat (memiliki pengetahuan yang mendalam, menyeluruh, dan rinci). Sebab, semakin seseorang banyak menimba ilmu, ia akan bisa membentuk lingkaran pandang terhadap suatu permasalahan.

“Awalnya, orang yang bergerak dari tidak tahu menjadi tahu. Terus, pengetahuannya direpetisi sehingga makin tahu, hingga akhirnya dia punya pendalaman dan pengertian terhadap yang ia tahu,” terang budayawan kelahiran Jombang itu.

Rektor UNAIR, Prof. Dr. Mohammad Nasih, yang berada di atas panggung bersama Emha mengatakan, proses pendidikan yang terselenggara di UNAIR berupaya untuk membentuk manusia seutuhnya. Selain kegiatan belajar mengajar di ruang perkuliahan, mahasiswa UNAIR dikehendaki untuk bergabung dengan berbagai unit kegiatan (ekstrakurikuler) agar bisa mengembangkan kemampuan non-teknis (softskill).

“Di UNAIR sudah mendorong terciptanya lulusan yang excellence with morality tak hanya benar dan salah tetapi juga baik dan buruk, indah dan tidak indah. Kita menyediakan kegiatan ekstrakurikuler agar mereka bisa mengembangkan keindahan-keindahan. Selain itu, mahasiswa juga harus aktif di masyarakat agar bisa mengenal keindahan-keindahan,” terang Nasih.

Selain soal proses pembelajaran di UNAIR, Rektor juga menekankan bahwa pendidikan tak semata-mata didapat di bangku kuliah. Lingkungan di luar sekolah maupun kampus, seperti keluarga, tetangga, bahkan negara juga bisa menjadi sumber pembelajaran.

“Misal, saat kuliah, kami mengajarkan bahwa perilaku korupsi itu salah luar biasa, tapi di masyarakat, orang-orang yang berbuat korupsi ternyata tidak diapa-apakan. Saya berharap, pendidikan jangan hanya diserahkan kepada guru atau dosen. Pemerintah juga harus ngasih (memberi) contoh sehingga orang di luar kampus juga bisa mendapatkan pendidikan yang positif,” imbuhnya.

Penulis: Defrina Sukma S