Universitas Airlangga Official Website

BEM FIB UNAIR Ajak Mahasiswa Mengenal HIV/AIDS

Foto saat Bapak Windhu Purnama memaparkan materi. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Tepat tanggal 1 Desember merupakan hari HIV/AIDS sedunia. Menanggapi hal tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga BEM FIB UNAIR menggelar webinar bertajuk Understand HIV/AIDS Better Lawan Stigma dan Diskriminasi pada ODHA pada Minggu  (4/12/2022). 

Tema itu diambil dari permasalahan Indonesia yang kerap kali memandang HIV/AIDS merupakan hal yang tabu dan para penyintas mengalami diskriminasi dan dikucilkan oleh masyarakat. 

Pada webinar kali ini, BEM FIB Universitas Airlangga mengundang narasumber Bapak Dr Windhu Purnama. Ia merupakan dosen khusus pada Departemen Epidemiologi, Biostatistika, Kependudukan dan Promosi Masyarakat di FKM UNAIR. 

Pada sesi pertama, Windhu menjelaskan bahwa HIV merupakan virus yang dapat menurunkan kekebalan dari manusia sedangkan AIDS merupakan kumpulan gejala yang timbul karena menurunkan kekebalan tubuh dari manusia. 

Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) cenderung menyerang sel darah putih pada tubuh manusia dan merusak kekebalan tubuh. Ia menekankan bahwa orang yang terjangkit HIV belum tentu terkena AIDS jika telah tertangani dengan baik secara dini. 

Lebih lanjut, Windhu menekankan bahwa penularan HIV/AIDS hanya dapat melalui tiga cara yaitu berhubungan seksual, melalui darah atau produk darah dan perinatal (dari ibu ke janin). Hal itu berbeda dengan stigma masyarakat yang menganggap penularan HIV/AIDS sangat rentan. 

“Penularan HIV/AIDS sangat berbeda dengan COVID 19 yang penularannya sangat masif. Jika melakukan aktivitas bersama dengan penyintas HIV/AIDS minim sekali untuk dapat tertular dengan garis bawah tidak melakukan hubungan badan dengan penyintas,” tambahnya

Selain stigma penularan HIV/AIDS yang rentan tertular, adapun stigma penyebab terbesar dari HIV/AIDS berasal dari pasangan homoseksual (gay), realitanya pasangan heteroseksual pun dapat mengalami HIV/AIDS. 

Cap atau labelling dari masyarakat yang membuat penyintas merasakan dikucilkan dan dianggap pantas untuk menerima hukuman sosial dari masyarakat serta dianggap sebagai kutukan dan aib. Tak hanya di lingkungan masyarakat, di lingkungan pekerjaan para penyintas mengalami diskriminasi. Mereka terancam untuk dipecat dari pekerjaannya. 

Windhu berpesan hal yang bisa kita lakukan saat ini yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit HIV/AIDS. Stigma dan labelling ini muncul karena adanya ketidakpahaman mereka mengenai penyakit HIV/AIDS itu sendiri dan kita harus mendukung dan memberikan support system pada penyintas untuk bangkit dan sembuh dari HIV/AIDS

Penulis: Satrio Dwi Naryo

Editor: Khefti Al Mawalia.