UNAIR NEWS – Program bertema “Carbon Cycle Impact Due to Climate Change of The Coral Community” yang diinisiasi oleh BEM Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil menjadi salah satu awardee International Program Competition for Students Organization (INTEGRATION). “Kami nggak expect akan mendapat hadiah ini, awalnya agak pesimis karena pendaftarnya banyak, tapi juga optimis karena tema yang kami angkat merupakan isu global, dan goals kami ingin menang,” ungkap Faudhel Jabar, ketua BEM FPK UNAIR tahun 2022.
Faudhel mengungkap program yang diajukan dalam INTEGRATION akan terselenggara dalam gelaran Airlangga Global Fisheries Summit (AGFS). Fokus utama AGFS adalah poin sustainable developments goals (SDGs) ke 14 dan 15, yaitu Life Below Water dan Life on Land.
Agenda tersebut akan membahas siklus karbon, tingginya karbon yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan industri yang memperparah perubahan iklim dan coral bleaching, serta dampaknya bagi kehidupan di darat dan laut. “Acara ini juga akan mendiskusikan berbagai solusi untuk mengatasi permasalahan, bagaimana cara mengurangi jumlah karbon yang kita hasilkan, dan penerapan pajak karbon sebagai salah satu solusinya,” tutur Faudhel.
Kompetisi pembuatan program kerja internasional yang difasilitasi Airlangga Global Engagement (AGE) itu memberikan kesempatan agar organisasi mahasiswa di UNAIR dapat terlibat dalam peningkatan student inbound. “Sasaran kami adalah mahasiswa perikanan dan kelautan secara internasional, kami juga akan mengundang mahasiswa dari universitas di Asia Tenggara yang sudah bermitra dengan FPK,” jelas mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan tahun 2019 tersebut.
“AGFS nantinya akan dikemas dalam grand symposium, dan diadakan juga aksi nyata seperti penanaman fish apartement sebagai revitalisasi terumbu karang, juga penanaman mangrove untuk konservasi pesisir,” jelasnya. Rencananya agenda grand symposium tersebut akan dilangsungkan pada Mei secara daring, sedangkan kegiatan penanaman diadakan di daerah pesisir Situbondo.
Fish Apartment adalah habitat buatan untuk organisme laut sebagai tempat tinggal dan tempat bertelur ikan, serta berguna sebagai tempat pengganti rusaknya habitat terumbu karang. Fish Apartment menyediakan tempat berlindung, spawning ground, juga lingkungan yang ramah lingkungan untuk penetasan telur-telur ikan. Setelah beberapa bulan pengaplikasian, terumbu karang akan tumbuh pada Fish Apartment sebagai habitatnya yang baru.
Faudhel menceritakan kesulitannya dalam menyusun program AGFS dirasakan saat brainstorming yang diadakan selama 5 hari dengan anggota BEM FPK lainnya untuk menentukan konsep dan tema program, “Kami ingin mengangkat tema yang saat ini sedang urgent dan butuh peran generasi muda, jadi kami banyak berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan teman-teman, juga mencari referensi agar poin-poin yang kita bawa bisa menarik, berdampak, dan layak kontes,” ungkapnya.
“Saya berharap AGFS dapat berjalan dengan lancar mulai pengusungan sampai penutupannya, dan dapat berdampak secara langsung di tingkat nasional dan internasional,” lanjutnya. Ia juga berharap gelaran itu bisa mendapatkan input yang bermanfaat, serta revitalisasi terumbu karang yang dilaksanakan dapat terus berjalan secara berkelanjutan dengan bantuan badan konservasi setempat.
Penulis: Thara Bening
Editor: Khefti Al Mawalia