Universitas Airlangga Official Website

BEM FTMM Tingkatkan Keterampilan Publikasi Jurnal Terindeks Scopus

Herlambang Setiadi saat pemaparan materi di Seminar Scopus: Re-Sci Camp pada 30 September 2023 di Gedung Kuliah Bersama Ruang 6.10 Kampus C (Sumber: Dokumentasi Panitia)
Herlambang Setiadi saat pemaparan materi di Seminar Scopus: Re-Sci Camp pada 30 September 2023 di Gedung Kuliah Bersama Ruang 6.10 Kampus C (Sumber: Dokumentasi Panitia)

UNAIR NEWS – Publikasi jurnal merupakan sebuah urgensi publikasi yang dirasakan oleh setiap mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, Kementerian Keilmuan Riset dan Teknologi BEM Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga menggelar Seminar Scopus: Re-Sci Camp. Seminar ini diadakan pada Sabtu (30/09/2023) di Ruang 6.10 Gedung Kuliah Bersama (GKB) Kampus MERR C.

Seminar ini mengusung tema “Meningkatkan Visibilitas Penelitian dengan Publikasi Jurnal Terindeks Scopus: Strategi dan Motivasi Konsisten Menulis Jurnal Ilmiah”. Seminar ini merupakan salah satu serangkaian acara Research and Science Mini Bootcamp yang telah berlangsung sejak 9 September 2023.

Seminar tersebut menghadirkan Herlambang Setiadi ST MSc PhD selaku tim editorial Journal of Advanced Technology And Multidicipline (JATM). Kegiatan ini juga dihadiri oleh Prof Dr Ni’matuzahroh Dra selaku wakil dekan I FTMM; Tahta Amrillah SSi MSc PhD selaku pembina BEM FTMM; serta Muhammad Farras Reswara Aryanda selaku presiden BEM FTMM.

Sinta Dian Monica, selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa program kerja ini ingin menjadi bagian dari terwujudnya salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kedua, yaitu penelitian dan pengembangan. “Melalui ini, teman-teman mendapatkan tata cara bagaimana secara lebih jauh cara meningkatkan visibilitas penelitian serta konsisten dalam publikasi jurnal ” ujarnya.

Langkah Pembuatan Jurnal

Pada kesempatan ini, Herlambang menjelaskan bahwa ada dua tipe pembuatan abstrak. Abstrak tipe satu merupakan tipe abstrak yang umum dipakai di scopus.

Pada abstrak tipe satu diawali dengan kondisi terkini dan diikuti problem serta solusi yang diberikan. “Abstrak intinya kita menunjukkan introduction, metode, serta hasil dalam 250 kata” jelasnya.

Lebih lanjut, pada abstrak tipe dua langsung membahas tujuan paper dan prosedur simpel pengerjaan serta hasil dari paper yang dibuat. Reviewer terkadang merasa abstrak ini terlalu simpel sehingga mereka meminta yang lebih komprehensif. Saat itulah abstrak tipe satu bisa dipakai.

Penulisan introduction memiliki dua tipe, from small picture to big picture dan from bigger picture to small picture. Bigger to Small, diawali dengan menceritakan kondisi terkini hingga menjelaskan kontribusinya. Sedangkan Small to Bigger diawali dari permasalahan kecil.

“Perlu diingat, jurnal scopus itu minimal referensinya 25 untuk publikasi yang research paper atau case study paper” ungkapnya. Sedangkan pada paper review, Herlambang mengatakan minimal ada lima puluh sitasi.

Dilanjutkan pada bab dua yang berisi modelling dan fundamental teori. Pada bab dua, Herlambang berpesan dalam penulisan harus mengembangkan sendiri dan pembuatan gambar dengan cara yang berbeda.

Lebih lanjut pada bab tiga yaitu metode, pada bagian ini harus menceritakan bagaimana konsep atau ide dalam mendesain sesuatu. Dilanjutkan dengan experimental results pada langkah selanjutnya. “Itu jangan langsung bikin suatu paragraf. Tapi membuat suatu case study” ungkapnya.

Terakhir dalam langkah ini adalah pembuatan conclusion. Herlambang menekankan bahwa, “Kita harus meng-highlight kontribusi dari paper kita” ujarnya.

Sesi foto bersama peserta Seminar Scopus: Re-Sci Camp (Sumber: Dokumentasi Panitia)

Tips Membuat Jurnal

Herlambang menambahkan beberapa tips yaitu dengan mencoba menemukan jurnal yang menerima case study paper karena memiliki peluang yang besar untuk diterima. Selain itu dapat mengajak dosen senior di bidangnya untuk berkontribusi pada paper.

Usahakan memiliki track record penelitian yang konsisten. “Bukan ahli di segala bidang. Tapi ahli di bidang tertentu” pungkasnya.

Sebelum menutup pemaparan materinya, Herlambang juga menekankan bahwa butuh banyak membaca paper untuk menemukan research gap. “Terutama bukan jurnal literatur review, maka kita memerlukan banyak paper yang perlu kita baca untuk menemukan kelemahannya paper dan kontribusi kita di mana” terangnya.

Penulis: Meli Nor Arista

Editor: Feri Fenoria