UNAIR NEWS – Negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyepakati suatu paradigma yang berisi 17 tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di Konferensi Tingkat Tinggi Milenium di New York, Amerika Serikat, pada 25 September 2015. Kesepakatan itu dikenal sebagai kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasar hak asasi manusia dan kesetaraan.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Webinar Technology II: “Mileniall’s Role on Advancing Technology to Achieve the SDGs” pada Sabtu (1/10/2022). Webinar yang mengulas tentang SDGs itu mengundang Savira Rizma Yunita SM, Data Analyst at Planning and Development Board UNAIR; serta Tahta Amrillah SSi MSc PhD, dosen nanoteknologi UNAIR.
Savira memaparkan kesepakatan SDGs terurai dalam Deklarasi Milenium dan telah diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara.
“SDGs berprinsip tiga hal. Yang pertama universal, kedua integrasi, dan ketiga inklusif. Dari ketiga prinsip tadi meyakinkan bahwasannya seluruh masyarakat di dunia tidak ada satupun yang tertinggal atau no one left behind,” ucap Savira.
Paradigma SDGs, jelas Savira, berfokus pada lima hal atau 5P yang terdiri dari People, Prosperity, Peace, Partnership, dan Planet. Yang pertama, ujarnya, adalah People. Ia mengutarakan People yang dimaksud dalam SDGs artinya sumber daya utama untuk melaksanakan SDGs.
“Dengan People yang berkualitas, dengan People yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik, maka bisa mengolah seluruh sumber daya di Indonesia sehingga Indonesia bisa mencapai target SDGs,” terang Savira.
Savira menuturkan Indonesia telah berkomitmen melaksanakan SDGs untuk transformasi peradaban global yang lebih adil, damai, sejahtera, setara, dan berkelanjutan. Komitmen tersebut, sambungnya, diwujudkan dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Pembicara kedua, Tahta, mengatakan masyarakat Indonesia dapat mendorong dan mendukung SDGs dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
“Kita bisa membangun negara Indonesia dengan jalan yang sudah ditentukan oleh PBB melalui SDGs. Misalnya kita melakukan riset. Riset kita itu harus mengandung tentang SDGs. Saat publikasi juga harus menggunakan keywords SDGs,” papar Tahta.
Tahta berharap ke depannya Indonesia dapat memanfaatkan kekayaan alamnya dengan baik dan benar tanpa merusak lingkungan. Resolusi SDGs ini, ucapnya, diharapkan dapat mencegah pemanfaatan tidak bertanggung jawab terhadap kekayaan alam Indonesia.
“Perusahaan Tesla saja melirik Indonesia karena kandungan nikel kita banyak. Yang disayangkan mengapa bukan perusahaan Indonesia saja yang memanfaatkan hal tersebut,” tukasnya. (*)
Penulis : Dewi Yugi Arti
Editor: Feri Fenoria