Universitas Airlangga Official Website

BEM KM FIKKIA Fokuskan Revolusi pada Kepemimpinan Baru

Potret Asroful Waro'faid Sukamto (Kiri) dan Muhammad Khoirul Anwar (Kanan) Pasangan Terpilih Presiden dan Wakil Presiden FIKKIA 2024 (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) UNAIR memasuki kepemimpinan baru. Melalui Pemilihan Raya (Pemira) 2024, Asroful Waro’faid Sukamto dan Muhammad Khoirul Anwar terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang baru.

Kepada tim redaksi, mahasiswa yang akrab dengan sapaan Asrof itu menyebut jika kepemimpinan kali ini mengusung sebuah revolusi. Hal itu juga sangat tercermin pada kabinet yang mereka namai dengan Dabeat Revolusi. Dabeat bermakna pejuang, sedangkan revolusi bermakna perubahan dalam waktu singkat.

“Secara keseluruhan, Dabeat Revolusi dapat memiliki arti sebagai pejuang yang memperjuangkan perubahan dalam waktu yang singkat, baik secara total maupun modifikasi dari sistem yang sudah ada,” ungkap Asrof pada Sabtu (13/1/2024).

Anwar, Wakil Presiden sekaligus Mahasiswa Departemen Akuakultur itu mengatakan jika ada lima fokus kepemimpinan yang mereka bawa. Kelimanya adalah menyelaraskan tujuan, wadah aspirasi, memperluas ruang lingkup, kolaborasi dan dampak, serta pusat revolusi mental. 

“Menurut kami, lima poin itulah yang rasanya masih sangat lemah pada periode sebelumnya. Dengan terpilihnya sebagai presma dan wapresma BEM KM FIKKIA, kami mengusung lima poin besar yang harus tercapai. Tujuannya, agar terwujudnya BEM KM FIKKIA yang solid dan bersinergi,” ujarnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Anwar kemudian menambahkan jika banyak hal yang harus mereka upayakan. Sebagai langkah awal, mereka berkomitmen untuk menjadikan organisasi di FIKKIA, terutama BEM-nya, sebagai media revolusi mental bagi seluruh masyarakatnya.

“Setiap aspek di FIKKIA harus berani berfikir kritis, memboikot, dan mengoposisi segala ketidakadilan yang berasas kekeluargaan. Kami juga akan membuka gerbang-gerbang kolaborasi agar pondasi citra dan dampak adanya FIKKIA ini bisa terasa di tingkat daerah, nasional, atau bahkan internasional,” imbuhnya.

Di lain sisi, Asrof juga menyadari adanya kemungkinan ketidakselarasan yang muncul dalam masa kepemimpinannya. Maka dari itu, penting untuk membangun keselarasan antarelemen yang ada di FIKKIA guna terwujudnya tujuan bersama pada masa kepemimpinannya. 

“Keselarasan tujuan harus tuntas di awal keperiodean. Akan tetapi, jika di tengah periode terdapat pihak yang tidak selaras, maka langkah yang kami lakukan adalah berdiskusi ulang pada pihak tersebut,” jelas Asrof.

“Kami musyawarahkan bersama dan kami putuskan titik terangnya bagaimana baiknya untuk keseluruhan pihak. Tentunya, agar tidak ada pihak yang merasa rugi dan rantai kekeluargaan dan kolaborasi tidak terputus,” imbuhnya.

Di akhir, Asrof berharap semua aspirasi seluruh masyarakat FIKKIA dapat terserap dan menghasilkan sebuah aksi melalui kolaborasi. Tak lupa, Anwar juga menambahkan agar tidak menganggap diri sebagai bagian kecil dari FIKKIA. Sebab, baik buruk, bersih kotor, dan maju mundurnya FIKKIA bergantung pada setiap individu tersebut.

“Ambillah langkah untuk menjadi kontributor revolusi FIKKIA ini dengan menyertakan diri pada setiap kegiatan yang ada, bukan hanya menjadi penonton dengan berdiam diri dan mengawasi dari kejauhan,” tutup Anwar.

Penulis: Muhammad Badrul Anwar

Editor: Nuri Hermawan