UNAIR NEWS – Indonesia tengah menghadapi masalah hilangnya spesies langka akibat deforestasi dan kegiatan manusia di kawasan hutan, termasuk wisata. Berkurangnya keanekaragaman hayati tersebut mengurangi potensi penemuan senyawa obat yang mungkin terkandung pada tumbuhan maupun hewan yang dapat membantu meningkatkan kesehatan manusia.
Geopark Ijen juga tidak luput dari ancaman kehilangan keanekaragaman hayati tersebut. Jamu dan tanaman obat yang merupakan warisan budaya osing wilayah Ijen di Kabupaten Banyuwangi ini semakin dilupakan sehingga variasi jamu yang diketahui dan digunakan sangat terbatas.
Mengenai hal tersebut, sebanyak 15 mahasiswa Universitas Airlangga yang tergabung dalam BEM KM SIKIA UNAIR berhasil lolos pendanaan Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK ORMAWA) 2022 pada Kamis (16/6/22). Program tersebut merupakan program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi oleh organisasi kemahasiswaan dan difasilitasi langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud-Ristek RI) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Program ke-15 mahasiswa itu bertajuk Konservasi Tanaman Obat Langka dari Kawasan Gunung Ijen melalui Kemitraan Mahasiswa, Desa Wisata Tamansari, dan Geopark Ijen, Banyuwangi.
Farhad Ulil Absor selaku ketua tim menjelaskan bahwa arah dari program akan berujung pada konservasi tanaman obat langka di Geopark Ijen. Tujuannya, membentuk kawasan konservasi tanaman obat serta pusat edukasi menjadi bagian dari wisata ekologi dan budaya Geopark Ijen.
Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa tanaman langka yang mulai terkikis keberadaannya, seperti Selaginella Doederleinii Hieron (cakar ayam) dan Cyathea Contaminans (paku tiang). Keduanya jarang terlihat akibat maraknya pemberdayaan desa menjadi sebuah wisata. Namun, Farhad menyebut, hal tersebut dapat diatasi apabila wisata ekologi didayagunakan bersamaan dengan potensi tumbuhan obat.
“Upaya ini tidak hanya mampu melestarikan tumbuhan langka, melainkan dapat menjadi nilai ekonomis bagi warga dan masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Pemetaan dan Penetapan Kawasan
Farhad melanjutkan, pemberdayaan akan diawali dengan pemetaan dan penetapan kawasan konservasi. Selain itu, dilakukan pelatihan budidaya tanaman obat dan pelatihan mengolah produk dari tanaman obat bernilai ekonomis. Hal tersebut erat kaitannya dengan output kelanjutan berupa pembuatan kafe jamu sebagai upaya branding dari kegiatan konservasi tanaman obat langka.
“Sekaligus dapat dijadikan off taker dari hasil budidaya tanaman obat langka yang ada,” imbuhnya.
Kedepannya, Farhad berharap, program yang ia gagas bersama tim dapat memberikan ilmu baru kepada masyarakat mengenai tanaman obat melalui pelatihan yang diadakan. Sehingga, pengembangan tanaman obat sampai didirikannya kafe jamu mampu membantu masyarakat sasaran untuk memaksimalkan pendapatan.
Di akhir, Farhad menyampaikan, kegiatan ini selaras dengan aktualisasi visi dan misi serta grand design BEM KM SIKIA UNAIR Kabinet Sinergi. Dimana di dalamnya terdapat poin mengenai berdaya bersama masyarakat. Sekaligus, sebagai peningkatan softskill pengurus serta perluasan jalinan relasi dengan berbagai pihak terkait. (*)
Penulis : Azka Fauziya
Editor : Binti Q. Masruroh