Universitas Airlangga Official Website

Bersama KARTU Surabaya, Mahasiswa Magister Manajemen Belajar Bahasa Isyarat

SUASANA workshop “Linking Heart with Sign Language” di Aula Supoyo FEB Unair pada Sabtu (4/5/2019). (Foto: Istimewa)
SUASANA workshop “Linking Heart with Sign Language” di Aula Supoyo FEB Unair pada Sabtu (4/5/2019). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Berbahasa adalah kebutuhan setiap manusia untuk saling berkomunikasi. Berbahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.
Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi visual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukan suara untuk berkomunikasi. Bahasa isyarat biasa digunakan oleh orang-orang Tuli untuk bisa berkomunikasi. Tetapi, tidak semua bisa memahami bahasa isyarat dengan mudah.
Mahasiswa Magister Manajemen (MM) angkatan 51 Sore Universitas Airlangga (UNAIR) bersama dengan Komunitas Arek Tuli Surabaya (KARTU Surabaya) dan Sekolah Luar Biasa  (SLB)Tuna Rungu Karya Mulya Surabaya mengadakan workshop ”Linking Heart with Sign Language” di Aula Supoyo Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR pada Sabtu (4/5/2019). Kegiatan itu bertujuan agar kita (Teman Dengar, sebutan untuk masyarakat umum) bisa berkomunikasi dengan teman Tuli (sebutan untuk orang-orang Tuli).
Menurut Moch. Ardhan Fadhlan selaku ketua pelaksana, kegiatan tersebut diinisiasi mahasiswa MM angkatan 51 sebagai kegiatan sosial. Kegiatan itu diselenggarakan untuk umum, bukan hanya untuk mahasiswa.
”Kegiatan ini sebenarnya inisiasi dari teman sekelas MM angkatan 51 buat acara sosial,” ujar Ardhan.
Adanya acara itu diharapkan memberikan manfaat agar ke depan dalam dunia kerja dapat berkomunikasi dengan teman-teman penyandang disabilitas, terutama orang Tuli. Sebagai info, saat ini harus ada 2 persen penyandang disabilitas ikut andil dalam dunia kerja.
Bukan hanya workshop belajar bahasa isyarat, tapi juga ada penampilan tari dari SLB Tuna Rungu Karya Mulya dan games bersama teman Tuli dari KARTU Surabaya. Ardhan melanjutkan, dengan kegiatan itu, diharapkan kita bisa sedikit mengerti, tetapi juga bisa merespons teman Tuli.
Bagi Ardhan, itu menjadi sangat penting agar antara orang normal dan teman Tuli bisa saling membantu. Khususnya saat mereka membutuhkan bantuan. Termasuk meminimalkan adanya ketidakpahaman.
”Intinya, ingin belajar sama teman-teman Tuli. Paling nggak bisa memahami mereka,” ungkap Ardhan. (*)
 
Penulis: Asthesia Dhea C.
Editor: Feri Fenoria Rifa’i