UNAIR NEWS – Alumnus Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) Prigi Arisandi MSi tunjukkan kontribusi hebat terhadap pelestarian lingkungan. Ia mendirikan yayasan peduli lingkungan Ecological Observation and Wetland Conservations (ECOTON). ECOTON merupakan yayasan yang mengkaji ekologi dan konservasi lahan, yang berfokus pada pelestarian ekosistem sungai dan kawasan pesisir. Terutama di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Prigi menjelaskan, berdirinya ECOTON memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sungai-sungai dan kawasan pesisir Indonesia, khususnya Surabaya. Yayasan tersebut memanfaatkan citizen science sebagai alat untuk bisa melibatkan masyarakat dalam menjaga dan memantau sungai serta lingkungan.
Inovasi Berdampak
Semenjak resmi berbadan hukum pada 2000, Prigi mengungkapkan bahwa ECOTON telah menciptakan berbagai inovasi yang berdampak tidak hanya terhadap pelestarian lingkungan tetapi juga masyarakat. Salah satunya adalah dengan metode Suaka Ikan, yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan spesies ikan asli sungai dari ancaman pencemaran dan eksploitasi berlebihan.
Inovasi Suaka Ikan ini merupakan upaya penting dalam pelestarian lingkungan dan edukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga ekosistem sungai untuk keberlanjutan sumber daya alam. “Ini adalah bentuk kolaborasi antara multipihak antara masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan industri untuk melakukan upaya konservasi atau pelestarian ikan di Kali Surabaya. Dengan adanya inovasi ini, terciptalah peraturan gubernur mengenai tim kawasan perlindungan perikanan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prigi mengatakan bahwa ECOTON turut memanfaatkan art science untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Beberapa inovasi yang ada antara lain terowongan botol plastik, biotilik, dan berbagai proyek lainnya. Ia menambahkan, ECOTON juga menggabungkan pendekatan advokasi lingkungan melalui jalur litigasi dan nonlitigasi sebagai bagian dari upaya penyelamatan lingkungan.
Masyarakat sebagai Kunci Gerakan
Tentu saja, kontribusi masyarakat berperan besar dalam berjalannya inovasi-inovasi tersebut. Prigi menekankan bahwa masyarakat, khususnya perempuan dan anak-anak, merupakan kunci utama dari gerakan ECOTON. Karena kedua kelompok tersebut sangat rentan terhadap pencemaran lingkungan, sehingga perlu memberikan penguatan khusus bagi mereka.
“Langkah awalnya adalah membangun kepercayaan dan rasa percaya diri perempuan atau kaum muda, salah satunya dengan menggunakan citizen science. Kami melakukan kegiatan riset bersama yang menggali fakta-fakta kerusakan lingkungan yang sedang terjadi. Kemudian, dari sini kami mendorong agar masyarakat speak up atau menyuarakan haknya untuk lingkungan yang sehat,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, pengelolaan masyarakat memerlukan pendampingan dengan cara membaur. Hingga seperti menjadi bagian dari masyarakat yang terdampingi. “Oleh karena itu, perlu sekali untuk tinggal bersama di kawasan atau desa yang kita dampingi. Durasi tinggal bisa bulanan atau tahunan. Saat ini kami sedang mendampingi masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Balantieng, Bulukumba, Sulawesi Selatan,” imbuhnya.
Penulis: Nadia Azahrah Putri
Editor: Yulia Rohmawati