Universitas Airlangga Official Website

Bijaksana dalam Memilih Kata

Dalam hubungan antarnegara maka bahasa yang dipakai secara diplomatik memang berbeda dengan bahasa dalam pergaulan biasa. Seorang diplomat harus pandai memilih kata yang tepat untuk mengirim pesan ke pihak eksternal. Meskipun ada ketidaksetujuan atau protes yang keras, maka seorang diplomat, perwakilan negara, pejabat negara kata-kata atau kalimat yang dikemukakan harus terpilih misalkan penggunaan kalimat protes sangat keras sering menggunakan kata-kata “protest in the strongest possible term”.

Pihak-pihak atau negara yang diprotes sangat paham dengan kalimat itu yang menunjukkan sikap protes keras dari pihak atau negara lain. Bahkan dalam menulis laporan resmi tentang kerusuhan didaerah pelacuran misalnya maka mereka para diplomat itu memakai kata “ill repute area”, bukannya prostitute area.

Kadangkala ada pemimin negara yang keceplos mengucapkan pilihan kata yang tidak pantas di dunia pergaulan internasional, namun hal seperti itu langsung mendapatkan kecaman resmi dari berbagai negara. Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikenal sebagai pemimpin negara yang temperamen tidak bisa memilih kata yang pas sebagai seorang presiden. Joe Biden pada tanggal 21 Februari 2024 pernah mengatakan presiden Rusia Vladimir Putin sebagai “crazy son of a bitch” (SOB). Kata-kata itu adalah ungkapan umpatan atau “misuh” dalam bahasa Surabayanya. SOB itu hampir sama dengan kata misuh-nya orang Surabaya “j…….k”, tapi ada juga yang menterjemahkan “bajingan”.

Apapun maknanya ungkapan di atas dalam pergaulan antarnegara di kancah internasional tidak boleh diucapkan oleh semua pejabat negara yang ditujukan kepada penjabat negara lain. Namun aturan ini rupanya tidak berlaku bagi presiden Amerika Serikat Pak Joe Biden itu.

Tentu presiden Rusia Vladimir Putin menyinggung komentar “kasar” Joe Biden di mana Presiden Amerika menyebut pemimpin Rusia itu sebagai “SOB gila”. Tidak hanya Putin, beberapa pejabat tingkat tinggi Rusia termasuk Dubes Rusia juga mengecam ungkapan Biden yang tidak pantas diucapkan oleh seorang presiden negara besar kepada presiden negara lain. Itu pelanggaran tata krama diplomatik dunia yang memiliki “maqom” sendiri.

Tata krama pemilihan kata dalam dunia diplomatic itu sama halnya dengan bahasa di kalangan akademik. Seorang dosen sampai ke seorang guru besar, maka kata atau kalimat yang tulis atau diucapkan haruslah juga terpilih untuk menunjukkan tingkat intelektualitasnya atau intellectual credential-nya. Para insan akademik dalam menulis jurnal, atau Op-ed di media misalnya juga perlu menggunakan pilihan kata-kata yang tepat yang sesuai dengan “maqom”nya yaitu dunia akademik, dunia intelektual.

Hal tersebut juga berlaku kepada mahasiswa yang sehari-harinya hidup di alam kampus atau alam akademik. Almarhum Prof Cak Nurcholis Majid pada tahun 1970-an pernah menyebutkan bahwa mahasiswa itu adalah “insan tersadar dalam masyarakat”. Tersadar di sini dimaksudkan bahwa naluri atau DNA-nya mahasiswa selalu penuh dengan sikap kritis dan penuh “curiosity”. Apapun generasinya, apakah itu generasi kolonial, generasi milenial, generasi Z dan sebagainya, nilai-nilai kekritisan terhadap suatu masalah itu tidak boleh berubah. Di seluruh dunia, mahasiswalah yang memiliki peran strategis dalam mengkritik perilaku pemerintahan yang tidak benar; bahkan merekalah yang bisa menumbangkan sesuatu rezim.

Namun DNA mahasiswa yang kritis dan keinginan tahu yang tinggi terhadap apapun isunya tetap dalam koridor bahwa yang bersangkutan adalah insan tersadar dalam masyarakat yang kritis yang hidup dilingkungan akademik. Kritikan-kritikan terhadap suatu kedzoliman dilakukan dengan keras namun tetap dengan kajian, analisis, bukti data yang valid bukannya sekadar “picking up from the air” data yang tidak akurat misalnya data dari fake news dan hoaks.

Karena itu, di dunia profesi yang penuh dengan keluhuran budi seperti profesi diplomatik, profesi mahasiswa, dosen, guru besar, profesi pemimpin agama, pejabat negara dan sebagainya, haruslah memiliki wisdom atau sikap bijak dalam memilih suatu kata atau diksi seperti yang ungkapan dalam di atas “A Smart Person Knows What To Say; A Wise Person Knows Whether To Say It”