UNAIR NEWS – Terus torehkan prestasi, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) sabet Juara II kompetisi essai tingkat nasional dalam ajang Education For All (EFA). Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya. Pada kompetisi itu, Iqbal Rohim Al Farisi dan tim menggagas aplikasi SignMotion sebagai bentuk kepedulian terhadap kawan-kawan tunarungu.
Pada kompetisi essai EFA, Iqbal bersama dengan dua anggotanya, yakni Nada Alifia Susandi dan Marvelia Penta Surya. Ketiganya merupakan mahasiswa program studi (prodi) Studi KeJepangan, FIB UNAIR. Iqbal dan timnya berhasil juara melawan 130 tim dari berbagai daerah. Melalui gagasannya, Iqbal dan tim berupaya mengatasi keresahan kawan-kawan tunarungu yang merasa kesulitan ketika berkomunikasi dengan non-tunarungu.
Kepada UNAIR NEWS, Iqbal selaku ketua menerangkan mengenai gagasan yang ia dan tim bawa pada kompetisi nasional tersebut. SignMotion merupakan aplikasi yang dapat mendeteksi gerakan tangan yang terintegrasi dengan gesture recognition bagi tunarungu. Melalui gesture recognition ini, komputer mampu mengenali gerakan anggota tubuh manusia. Sehinga, dapat memberikan kemudahan komunikasi bagi kaum tunarungu.
Dua Fitur Unggulan Aplikasi SignMotion
Aplikasi SignMotion yang digagas oleh Iqbal dan tim menawarkan enam fitur didalamnya. Diantara enam fitur yang ditawarkan, terdapat dua fitur unggulan, yakni sensor gerak dan sensor suara. Iqbal menerangkan bagaimana cara kerja kedua fitur unggulan tersebut.
Pertama, sensor gerak yang terintegrasi dengan teknologi pada smartphone, seperti sensor gambar pada kamera. Tidak hanya itu, fitur ini didukung dengan sensor inertial measurement unit (IMU), yang merupakan kombinasi antara acceleromeer dan gyroscope. Iqbal menerangkan bahwa hal tersebut berguna untuk memberikan informasi yang lebih akurat dari gerakan yang terdeteksi. “Sehingga dapat memaksimalkan keakuratan penerjemahan dari dan/ ke bahasa isyarat,” jelas Iqbal.
Fitur kedua, yakni sensor suara. Pada fitur ini, Iqbal dan tim menggunakan alat Artifical Intellegence (AI). Ia memanfatkan model algoritma yang telah dilatih untuk menerjemahkan teks atau suara menjadi gerakan isyarat. Jadi, suara yang terdeteksi akan dikonversi oleh AI menjadi gerakan graphic dalam bahasa isyarat. Adapun graphic yang digunakan akan melibatkan model animasi atau petunjuk gerakan. Animasi tersebut yang akan memetakan setiap kata atau frasa menjadi gerakan isyarat yang sesuai
“Jadi, kita lebih mudah untuk mengakses bahasa isyarat dalam berkomunikasi dengan tunarungu, begitupun sebaliknya,” jelas Iqbal.
Penulis: Syifa Rahmadina
Editor: Feri Fenoria