Universitas Airlangga Official Website

Boikot Produk Israel Meningkat, Usaha dan Bisnis Indonesia Potensi Kena Dampak 

Ilustrasi: CNN Indonesia

UNAIR NEWS – Aksi boikot produk Israel semakin merajalela di dalam negeri. Direktur Segara Institut Pieter Abdullah Redjalam menilai aksi tersebut dapat memiliki dampak besar pada kelangsungan usaha dan bisnis perusahaan di Indonesia. Pendapat itu diperkuat oleh Prof Dr Tika Widiastuti SE M Sc, guru besar ekonomi Universitas Airlangga. Ia mengatakan boikot tersebut dapat membawa dampak yang signifikan. Terutama pada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja Indonesia dan menggunakan bahan baku dari dalam negeri.

Menurut Prof Tika, dampak dari boikot bukan hanya terbatas pada penurunan penjuala. Tapi, dampaknya dapat mencakup risiko penutupan perusahaan dan perubahan struktural dalam industri terkait. Boikot dapat merugikan perusahaan yang terlibat langsung dalam produksi dan distribusi produk pro-Israel, dengan potensi mengancam lapangan pekerjaan yang terkait.

“Boikot dapat merugikan perusahaan-perusahaan yang secara langsung terlibat dalam produksi dan distribusi produk pro-Israel, mengancam lapangan pekerjaan yang terkait dengan kegiatan ini. Selain itu, dampaknya bisa meluas ke sektor-sektor terkait, termasuk pemasok bahan baku lokal dan jaringan distribusi,” ungkapnya.

Dalam konteks itu, analisis mendalam ketergantungan industri terhadap pasokan dan tenaga kerja lokal, respons pemerintah, serta implikasi jangka panjang dari perubahan dalam dinamika pasar global menjadi esensial. Khususnya dalam menilai dampak yang mungkin terjadi.

Namun, ada beberapa catatan penting yang perlu dipertimbangkan. Meskipun boikot memiliki dimensi politis dan moral yang kuat, dampaknya pada perekonomian Indonesia perlu dianalisis dengan cermat. Terutama terkait dengan stabilitas lapangan pekerjaan dan pertumbuhan industri.

Beberapa ahli ekonomi juga mengingatkan bahwa boikot tanpa dukungan kebijakan substansial dan terukur dari pemerintah dapat menciptakan ketidakpastian dan memicu tindakan yang tidak sehat dalam persaingan bisnis.

Dalam rangka mendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel, penting untuk mempertimbangkan langkah-langkah politik dan diplomasi guna memperkuat dukungan internasional terhadap Palestina. Itu dapat diwujudkan melalui upaya meningkatkan kesadaran global terhadap situasi di Palestina.

Pemerintah Indonesia, dalam menjawab aksi boikot, juga mengambil langkah strategis dengan mendorong konsumen untuk beralih ke produk lokal. Menurut Staf Khusus Menteri Bidang Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM, aksi boikot dapat menjadi momentum untuk mengalihkan konsumsi masyarakat ke produk dalam negeri.

“Sesuai arahan Presiden Jokowi, pemerintah terus mendorong penggunaan produk lokal dan melakukan substitusi impor. Pemerintah juga fokus pada peningkatan brand value jenama lokal melalui kampanye “Bangga Buatan Indonesia,” dengan harapan agar UMKM dapat bersaing dengan produk asing di masa depan,” ungkap Prof Tika

Penulis: Rosali Elvira Nurdiansyarani

Editor: Feri Fenoria