UNAIR NEWS – “Salah satu eksistensi prodi adalah dengan melakukan international conference. Salah satu cara untuk menunjang eksistensi prodi adalah dengan menunjukkan keunikannya masing-masing,” papar Dekan Fakultas Vokasi UNAIR Prof. Dr. Widi Hidayat, SE., M.Si., Ak., CMA., CA. saat membuka Internasional Conference On Record and Library yang diselenggarakan oleh D3 Perpustakaan.
Dalam kesempatan itu Prof Widi mengatakan bahwa konferensi internasional ini merupakan bagian dari support program unggulan yang ada di masing-masing program studi. Tujuannya, mendorong mahasiswa Fakultas Vokasi untuk melakukan upaya internasionalisasi serta mempresentasikan hasil karya mereka di event internasional sebagai bentuk pengembangan ilmu.
Konferensi internasional tahun ini mengusung tema ‘Local Knowledge: Past, Present, And Future’. Artinya, pengetahuan tradisional atau lokal telah menjadi masalah bagi perpustakaan dan ilmu informasi. Dalam hal ini, lembaga informasi dan profesional secara kolektif berusaha mengumpulkan, menyimpan, menyebarluaskan, dan menggunakan pengetahuan tradisional di berbagai media.
Selain itu, pengetahuan tradisional dapat menjadi identitas masyarakat dan bangsa yang harus dilestarikan, sehingga generasi mendatang masih bisa memanfaatkannya.
“Kita melihat bahwa tugas perpustakaan tidak hanya mengolah koleksi buku yang ada di perpustakaan kemudian meminjamkan. Tetapi, tugas penting saat ini adalah bagaimana perpustakaan melindungi warisan budaya nusantara yang selama ini belum menjadi concern beberapa pihak,” papar Endang Fitriyah Mannan Kaprodi D3 Perpustakaan Fakultas Vokasi UNAIR.
“Itu sebabnya, kita sebagai pustakawan juga harus berperan aktif dalam menjaga warisan budaya agar tidak dilupakan dan tidak punah,” tambahnya.
Tahun ketiga penyelenggaraan, konferensi internasional ini melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam hingga luar negeri. Tahun ini ICRL mengundang dua pembicara tamu yaitu Kathleen Lourdes Obille dari University of Philippines, Philippines; dan Hui-Yun Sung, Ph.D, dari National Chung Hsing University, Taiwan.
“Kegiatan ini merupakan bagian upaya branding UNAIR menuju Top 500 World Class University yang salah satunya harus banyak melakukan publikasi internasional terindeks Scopus. Kami berupaya membantu para akademisi dari perguruan tinggi lain yang memiliki tujuan sama agar publikasi yang dilakukan juga akan terindeks Scopus,” kata Endang.
Endang berharap, konferensi tingkat internasional ini menghasilkan gagasan atau perspektif baru dalam mengumpulkan, mengelola, mengemas, menerbitkan, serta memanfaatkan pengetahuan tradisional. Ide-ide baru yang dihasilkan dari para praktisi, akademisi, dan pengamat budaya akan sangat membantu untuk kemajuan manajemen pengetahuan lokal dikemudian hari. (*)
Penulis : Wiwik Yuni Eryanti Ningrum
Editor : Binti Q. Masruroh