Universitas Airlangga Official Website

Cegah Gigitan Bisa Ular pada Hewan Kesayangan

UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan Sekolah Ilmu Kesehatan dan  Ilmu Alam mengimplementasikan komitmen terhadap salah satu poin Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran. Komitmen itu dikemas dalam penyelenggaraan webinar Snake Bite on Pets: Treatment, Safety, and Prevention pada Jumat (14/10/2022) melalui platform Zoom meeting.

Program edukasi itu menyasar mahasiswa kedokteran hewan SIKIA UNAIR. Edukasi treatment, safety, and prevention dibawakan langsung oleh drh Andita Septiandini yang memiliki fokus terhadap kesehatan hewan kesayangan atau pets.

Kegiatan itu bertujuan memberikan gambaran perawatan, keamanan, dan pencegahan gigitan bisa ular pada hewan kesayangan. Selain itu, juga mempersiapkan mahasiswa kedokteran hewan dalam menghadapi kasus di dunia praktisi klinik secara optimal.

Anin selaku ketua pelaksana menyebutkan, dalam webinar diajarkan beberapa ilmu dasar envenomasi, bisa dan klasifikasinya, epidemiologinya, diagnosisnya, dan penanganan gigitan ular berbisa.

Narasumber menjelaskan bahwa envenomasi adalah proses penyuntikan zat beracun dari hewan berbisa kepada makhluk hidup lain melalui gigitan dan atau sengatan seperti ular berbisa, lebah, kalajengking, rabies, ubur-ubur, dan sebagainya.

Dasar dan Klasifikasi Bisa

Dokter hewan yang kerap disapa drh Andita itu menyampaikan, bisa merupakan zat beracun bersenyawa konstituen protein yang akumulasinya hampir ribuan protein. Komposisi kimia racun pada bisa hewan ditentukan oleh kondisi geografi, filogenik, dan ontogeniknya. Secara garis besar, bisa diklasifikasikan menjadi tiga jenis di anataranya:

  1. Neurotoxin (Fasciculins, Dendrotoxin, dan alfa neurotoxin)
  2. Cytotoxin (Phospolipase dan Cardiotoxin)
  3. Coagulophatic (Procoagulant dan Cytolysins)

“Menurut penelitian oleh Maharani, data kejadian envenomasi pada manusia sebanyak 54 insiden pada tahun 2019 yang dijumpai penyebabnya oleh ular berbisa. Penelitian Kampinsky juga menyebutkan Indonesia memiliki 15 persen spesies makhluk hidup yang dikategorikan hewan berbisa,” ujar dokter hewan tersebut.

Materi Webinar Snake Bite on Pets: Treatment, Safety, and Prevention pada Jumat (14/10/2022). (Foto: Afan Alfayad)

Banyak kejadian envenomasi di Indonesia, gigitan hewan berbisa biasanya ditemukan lebih banyak pada anjing dibandingkan kucing dan hewan kecil lainnya. Diagnosis dapat dilakukan dengan mengumpulkan detail sejarah kejadian dan melakukan anamnesa secara cepat pada lesi serta memperhatikan detail bentukan lesi berupa gigitan maupun sengatan pada hewan kesayangan tersebut.

Pengobatan Gigitan Ular Berbisa

drh Animal Malang Clinic tersebut menyampaikan ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan terhadap gigitan ular berbisa, di antaranya:

  1. Melakukan shock kontrol, antivenom, coagulophaty control guna minimalisir nekrosis dan mencegah infeksi sekunder
  2. Pemberian IV fluid crystalloid untuk menghambat hypotensi
  3. Melakukan rapid corticosteroid sebagai shock kontrol, mencegah penyebaran nekrosis dan mencegah reaksi alergi antivenom.
  4. Pemberian antibiotik spectrum luas jika adanya indikasi jaringan nekrosis di sekitar luka gigitan dan apabila perlu dilakukan incisi di area jaringan yang bengkak untuk mengurangi tensi jaringan
  5. Menggunakan alat supportif organ vital seperti respiratory support dan oksigen. (*)

Penulis: Afan Alfayad

Editor: Binti Q. Masruroh