UNAIR NEWS – Berlebaran di negara dengan jumlah penduduk muslim yang sedikit menjadi tantangan bagi sebagian orang. Tidak terkecuali Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) Ilham Akhsanu Ridlo SKM M Kes. Ia merayakan momen Lebarannya di Jerman.
Tidak sendirian, Ilham membawa serta kedua anaknya dan sang istri yang adalah Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) UNAIR Rizqy Amelia Zein SPSi MSc. Ilham menuturkan, tahun ini adalah kali pertama mereka tidak berlebaran bersama keluarga besar di Indonesia.
“Karena, saya dan istri sedang menempuh pendidikan S3 di Ludwig-Maximilians-Universität (LMU) di Kota München, Jerman. Saya berada di Fakultas Ilmu Sosial, sedangkan istri di Fakultas Psikologi,“ ujarnya.
Bagi Ilham, tantangan terbesar berlebaran di Jerman adalah dari sisi ibadah. Hal itu juga mengingat bahwa Islam adalah agama minoritas di negara tersebut. Jumlahnya hanya 4 persen dari total penduduk Jerman dan tersebar pada beberapa komunitas Muslim.
Salah satu ibadah yang menjadi tantangan adalah shalat Idul Fitri. Beserta 200 lebih orang dari komunitas Muslim Indonesia yang berada di München, Ilham melaksanakan shalat Idul Fitri yang terbagi dalam dua gelombang.
“Agak susah memang ketika kami di sini hendak melaksanakan shalat Idul Fitri. Kami tidak melaksanakan di masjid atau lapangan seperti biasanya di Indonesia. Namun, hanya memaksimalkan ruangan semi-kantor untuk kegiatan komunitas Muslim Indonesia (PM3) di Munchen Jerman, yang ukurannya tidak seperti masjid di Indonesia,” cerita Ilham.
Namun Ilham menuturkan, bahwa tantangan tersebut justru menjadi pengalaman yang menarik. Karena, sebagai seorang Muslim, dirinya harus tetap menjalankan ibadah-ibadah di tengah keterbatasan. Terlebih ketika bulan Ramadan, dirinya harus tetap menjalankan puasa ketika orang sekelilingnya banyak yang makan dan minum.
“Pengalaman-pengalaman itu yang kemudian akan menjadi cerita ketika saya kembali ke Indonesia. Saya juga banyak berinteraksi dan beribadah dengan sesama Muslim dari negara lain. Seperti ibadah shalat yang dilaksanakan bersama dengan etnis-etnis lain dan belum pernah saya rasakan sebelumnya di Indonesia,” beber Ilham.
Lebih lanjut menurut Ilham, umat Muslim di Jerman memiliki ikatan persaudaraan yang kuat. Mereka saling mendukung dalam hal kebaikan. Kebersamaan terasa sangat kental dan hangat.
Tidak lupa ketika lebaran, Ilham juga berkumpul dengan komunitas Muslimnya untuk saling bermaaf-maafan dan makan bersama. Suasana seperti itu yang akan dirindukannya ketika nantinya kembali ke Indonesia.
Terlepas dari berbagai pengalaman menarik ketika berlebaran di Jerman, Ilham tetap memilih negaranya sendiri yakni Indonesia. “Karena Indonesia memiliki segala bentuk keunikan tradisi lebaran. Selain itu masyarakat Muslim adalah mayoritas di sana, sehingga mendapatkan hak istimewa tersendiri,” tutur dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UNAIR tersebut.
Penulis: Fauzia Gadis Widyanti
Editor: Feri Fenoria