UNAIR NEWS – Tahun terakhir dalam dunia pendidikan tinggi merupakan waktu yang tepat untuk para mahasiswa ‘menghias’ CV (curriculum vitae) mereka. Salah satunya dengan mengikuti Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang disediakan oleh Kemendikbud Ristek.
Iman Arya Leksana, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) turut memberikan cerita magangnya di Satuan Polisi Pamong Praja Surabaya. Menurutnya, MSIB di Satpol PP dapat menghilangkan sentimen negatif yang pernah ia dengar.
“Dengan adanya MSIB ini membuat stigma-stigma yang negatif terkait Satpol PP menjadi berubah karena sudah mengalami sendiri dari POV (point of view)nya Satpol PP,” tuturnya.
Pengalaman dan Tantangan
Iman bercerita, selain menjadi Tribe atau perwakilan mahasiswa dengan mitra MSIB, ia juga termasuk ke dalam tim Ketentraman Masyarakat dan Ketertiban Umum (Tibum). Tugas utama yang ia jalani dalam tim tersebut adalah membuat peta kerawanan masalah sosial.
“Jobdesk aku ketika masuk ke bidang Tibum itu yang paling utama membuat peta kerawanan wilayah Kota Surabaya. Jadi pertama dilakukan pembuatan database berupa data masalah sosial dan Pedagang Kaki Lima di Kota Surabaya,” jelasnya.
“Data tersebut divisualisasikan menjadi sebuah Peta Kerawanan, jadi peta itu seperti peta di GMaps tapi di setiap daerah-daerah tertentu yang pernah tercatat sebagai lokasi penjangkauan masalah sosial seperti pengemis atau tawuran atau PKL,” imbuhnya.
Salah satu masalah sosial yang Iman hadapi adalah pengemis dan kenakalan remaja di Surabaya. Hasilnya, banyak dari remaja yang nakal merupakan akibat dari kurangnya perhatian orang tua serta keluarga yang tidak harmonis.
“Aku sering melakukan wawancara mendalam kepada mereka berusaha mencari tahu akar masalah dari perilaku yang mereka lakukan, banyak cerita yang saya dapatkan disini terkait alasan alasan mereka melanggar ketertiban umum,” ungkapnya.
Iman juga sempat mengikuti pengamanan aset pemkot di Kencanasari Timur. Ia menuturkan bahwa atmosfer yang dirasakan sangatlah berbeda dengan apa yang terlihat di media sosial. Menurutnya, butuh komunikasi yang efektif tanpa melibatkan kekerasan untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Pesan dan Harapan
Mahasiswa Antropologi itu berharap pengalaman yang ia dapat saat MSIB di Satpol PP Surabaya menjadi modal kultural untuk terjun ke dunia kerja nanti. Tak lupa, Iman memberikan pesan terhadap MSIB, “Semoga program MSIB ini terus dilanjutkan sebagai upaya jalin komunikasi yang baik antara organisasi pemerintah daerah maupun perusahaan dengan lingkungan kampus. Sehingga tidak ‘gagap’ setelah lulus,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Naqsya Riwansia
Editor: Feri Fenoria
Baca Juga:
Cerita Mahasiswa FKM Dampingi UMK dalam Program MSIB di BPOM