UNAIR NEWS – Belakangan ini, warganet ramai membicarakan kemunculan platform ChatGPT. Banyak dari mereka menilai ChatGPT berpotensi menggantikan peran Google karena bisa menjawab aneka pertanyaan seperti halnya mendiskusikan berbagai pengetahuan dengan manusia.
Dosen Politik Digital Universitas Airlangga (UNAIR) Febby Risti Widjayanto SIP MSc memberikan opininya soal hal tersebut. Ia menilai bahwa tahap lanjutan ChatGPT dapat menggantikan Google dalam hal penyajian informasi yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan para pengguna.
“Selama ini, Google dikenal sebagai mesin indeksasi berbagai laman yang ada di internet dan bekerja sedemikian rupa dengan menampilkan hasil pencarian berdasarkan kata kunci yang dimasukkan oleh pengguna. Beberapa kalangan merasakan informasi yang didapatkan belum cukup memadai sekalipun telah memanfaatkan fitur prediksi lema dan pencarian dengan frasa atau sintaks khusus yang disarankan agar informasi yang muncul dapat lebih akurat atau mendekati dengan yang dimaksud oleh si pencari,” paparnya.
Febby melanjutkan bahwa cara kerja Google memang masih memiliki kekurangan. Sebagai contoh, tidak adanya nuansa interaktif bagi pengguna yang sengaja bertanya tentang sesuatu di mana hal itu seringkali memantik keingintahuan terhadap hal lainnya. Selain itu, pengguna juga masih harus menavigasi sendiri dengan menelusuri laman untuk memutuskan informasi mana yang paling relevan untuk dirinya.
“Sedangkan kehadiran ChatGPT didesain sedemikian khusus agar informasi yang tersaji sebagaimana yang diminta oleh pengguna sedapat mungkin menangkap seluruhnya atas makna dari frasa yang dimasukkan dan juga mengolahnya kembali agar diversifikasi jawaban semakin banyak,” ucapnya.
“Berbeda dengan Google yang memiliki berbagai fungsi dasar seperti konverter satuan atau mata uang. ChatGPT dapat melakukan hal lebih seperti analisis keuangan dan juga mengoperasikan semacam mesin identifikasi untuk menemukan baris kode yang keliru dalam pemrograman secara lebih cepat,” sambung Febby.
Melengkapi Peran Manusia untuk Beberapa Hal
Kemudian, alumnus Manchester University itu menuturkan bahwa secara parsial ChatGPT tidak serta-merta bisa menggantikan peran manusia. Mesin tersebut hanya bisa melengkapi peran manusia dalam beberapa tugas. Utamanya, hal-hal yang berkaitan dengan penyimpanan memori berupa teks dalam jumlah besar dan perangkaian informasi dari berbagai data yang tersebar di ribuan hingga jutaan laman di internet.
Namun dalam hal ini, ChatGPT tetap tidak bisa menggantikan hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan memaknai sebuah realitas berdasarkan rasa untuk menghasilkan kebijaksanaan dan memberikan respons kontekstual berdasarkan nuansa percakapan yang interpersonal.
“Contohnya, ada kalanya seseorang yang sedang sedih bertanya dengan maksud agar lawan bicaranya tidak perlu terlalu serius menjawab pertanyaannya dan lebih ingin agar diceritakan kisah humor atau dihibur hatinya,” ucap Febby.
“Salah satu kelemahan mesin adalah ketika kita bertanya akan sesuatu, maka kita akan mendapati jawaban yang sebagaimana tersurat dan bukan tersirat,” tutupnya. (*)
Penulis: Rafli Noer Khairam
Editor: Khefti Almawalia