UNAIR NEWS – Data GOBOCAN WHO tahun 2012 menyebutkan bahwa kanker usus atau dalam istilah medis disebut kanker Kolorektal menjadi penyebab kematian nomor 4 dari semua jenis kanker. Setiap tahun, diperkirakan ada 608.000 orang meninggal akibat kanker usus. Sementara di Indonesia, penyakit ini menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian.
Menanggapi hal itu, Dokter Ahli Bedah Disgestif FK UNAIR-RSUD dr. Soetomo Dr. Vicky Sumarki Budipramana, dr., Sp.B-KBD mengungkapkan, jumlah penderita kanker usus semakin bertambah setiap tahun. Ancaman penyakit yang satu ini mendera kaum remaja, anak-anak, dan dewasa.
“Sampai sekarang, belum diketahui pasti apa penyebab sebenarnya. Kemungkinan ada beberapa faktor pemicu terjadinya kanker usus. Bisa karena faktor usia, pola makan yang tidak sehat, hingga faktor keturunan,” ungkapnya.
Mengenai pola makan yang tidak sehat, Vicky mengatakan bahwa terlalu sering mengonsumsi makanan berlemak dan berpengawet dapat mencetus risiko kanker usus. Meski demikian, bukan berarti harus melarang diri untuk makan-makanan berlemak. Pasalnya, lemak juga tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk kelangsungan metabolisme. Untuk itu, Vicky menyarankan agar dalam mengonsumsi lemak harus dibatasi dan dimbangi dengan konsumsi sayur-sayuran dan buah.
Gejala-gejala
Selanjutnya, untuk mengidentifikasi kanker usus, Vicky mengatakan bahwa jauh sebelum menjadi kanker, tubuh sebenarnya telah memberikan sinyal. Mulai dari yang sederhana, seperti kesulitan buang air besar.
“Selama kita dapat menjaga konsistensi BAB, tanpa sering mengalami sembelit, maka kemungkinan kondisi pencernaan masih aman. Namun jika sebaliknya, BAB jarang, sering sembelit, dan pada akhirnya mengalami BAB berdarah, maka patut diwaspadai,” paparnya.
Vicky juga menegaskan bahwa proses terjadinya kanker usus menjadi kanker ganas memerlukan waktu bertahun-tahun. Sayang, menurut Vicky mayoritas penderita mengabaikan gejala-gejala yang dialami sebelumnya.
Gejala kanker usus, tambah Vicky tampaknya serupa dengan ambeien. Sama-sama punya ciri BAB berdarah. Tapi sebenarnya berbeda. Meskipun sama-sama mengalami BAB berdarah, menurut Vicky ambeien tidak menyulitakn proses BAB, sementara kanker usus selalu disertai dengan diare bahkan sembelit.
“Seringkali awam salah menduga dikira BAB berdarah itu ambeien. Sudah diobati ambeien bertahun-tahun tidak kunjung membaik, malah makin parah. Setelah ke dokter dan dilakukan pemeriksaan kolonoskopi, ternyata bukan ambeien, melainkan sudah ada benjolan kanker di usus,” jelasnya.
Mengenai alasan kanker usus bisa membunuh, menurut Vicky, dalam kondisi akut, benjolan kanker mampu menembus dinding usus lalu menyebar hingga ke pembuluh darah, kelenjar, dan beberapa organ vital seperti paru-paru, hati, kandung kemih, bahkan rahim.
“Bayangkan saja, apa jadinya ketika sel kanker sudah menyebar kemana-mana? Bahaya tentunya,” tegasnya.
Bagi yang terbiasa makan sayur setiap hari, Vicky menyarankan agar mempertahankan kebiasaan itu. Bagi yang jarang makan sayur, maka harus segera ditumbuhkan kesadaran untuk menambahkan serat setiap hari. Sementara itu, bagi yang sama sekali tidak doyan sayur, Vicky mengingatkan agar mempertimbangkan sungguh-sungguh efek dominonya untuk kesehatan tubuh secara menyeluruh.
“Dari pada uang tabungan dihambur-hamburkan untuk biaya berobat, mending kita belanjakan untuk beli buah dan beberapa ikat sayur segar setiap hari. Anggap saja, makan sayur dan buah setiap hari adalah bentuk investasi kesehatan jangka panjang. Simpel kan?,” pungkasnya.
Penulis : Sefya Hayu Istighfaricha
Editor : Nuri Hermawan