Universitas Airlangga Official Website

Dekan FIB UNAIR Ungkap 4 Pelajaran Penting dari Melestarikan Bangunan Bersejarah

Prof Purnawan Basundoro SS M Hum saat menyampaikan insight pada perayaan 1 Abad Gedung NIAS. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Dalam rangkaian perayaan 100 tahun Aula FK UNAIR, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, Prof Purnawan Basundoro SS MHum menyampaikan 4 pelajaran penting dari melestarikan bangunan bersejarah. Materi tersebut ia sampaikan dalam bentuk seminar yang berlangsung di Gedung NIAS pada Rabu (5/7/2023).

Prof Purnawan menuturkan perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia seiring dengan banyaknya peninggalan sejarah berupa artefak. Salah satunya UNAIR memiliki artefak yaitu gedung NIAS yang mana saat ini sudah menjadi cagar budaya. Cagar budaya diatur melalui UU no 11 tahun 2010 dimana memuat syarat-syarat khusus bagaimana cara kita menjaga dan melestarikan cagar budaya. 

Terdapat 4 pelajaran yang dapat diambil dari melestarikan gedung bersejarah, lanjutnya, simak penjelasan berikut ini:

Ilmu Pengetahuan

Dari bangunan cagar budaya, kita dapat memperoleh banyak pengetahuan sehingga sebuah mengapa sebuah gedung ditetapkan sebagai cagar budaya dikarenakan gedung tersebut merupakan sumber ilmu pengetahuan. 

“Pengetahuan pertama adalah pengetahuan jarak. Kita tahu bahwa FK UNAIR telah berumur 110 tahun, apa buktinya? Dengan melalui penemuan artefak dan bangunan akan menguatkan berapa umur dari sebuah instansi. Salah satu saksi dan bukti perjalanan sejarah FK UNAIR adalah keberadaan gedung NIAS yang dirancang oleh arsitek Ir F L Wiemans dan mulai ditempati pada 2 Juli 1923,” tuturnya. 

Bukti Sejarah 

Bangunan-bangunan lama adalah bagian dari memori kolektif bangsa yang menyimpan cerita panjang, sepanjang umur bangunan tersebut. Gedung NIAS ini telah menjadi saksi sejarah mengenai transformasi sistem pengobatan tradisional ke modern melalui pendidikan kedokteran modern (barat).

Adaptasi Terhadap Alam

Bangunan lama juga menjadi pelajaran bagi generasi sekarang, bagaimana para perancang terdahulu mendesain bangunan yang sesuai dengan iklim. “Gedung NIAS adalah salah satu bangunan hasil adaptasi terhadap alam/iklim. Selanjutnya, melalui gedung-gedung lama kita juga belajar bagaimana para arsitek zaman dahulu menghormati nilai-nilai lokal dengan menjadikannya bagian dari rancangan yang mereka buat,” tutur Dekan FIB UNAIR tersebut. 

Di masa sekarang, lanjutnya, sayangnya kita lebih suka dan bangga mengadopsi hal-hal yang mengandung barat. Problem heritage di Indonesia kita berhadapan dengan orang-orang yang selalu ingin mengubah hal-hal lama menjadi bangunan baru. 

Seni dan Estetika

Pelajaran ketiga terkait seni dan estetika. Hampir semua bangunan lama di Indonesia memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Kita bisa belajar bagaimana seniman zaman dahulu terlibat langsung mendesain bangunan. Sekarang banyak bangunan yang hanya mengedepankan aspek fungsional mengesampingkan keindahan seni. 

“Contohnya bagaimana arsitek zaman dahulu merancang kaca dinding aula FK UNAIR menggunakan lambang kota Surabaya. Semoga kita bisa menjadikan pelajaran dari masa lalu untuk masa depan,” tutup Prof Purnawan. 

Penulis: Mentari

Editor: Nuri Hermawan