Universitas Airlangga Official Website

Dekan FKp UNAIR Tanggapi Fenomena Penerapan Etika Keperawatan di Sinetron

UNAIR NEWS – Dekan FKp UNAIR Soroti keterlibatan peran tenaga kesehatan dalam dunia hiburan sudah tidak asing lagi ditemukan. Profesi tenaga kesehatan yang paling tersorot adalah kedokteran dan keperawatan. Namun kendati demikian, penerapan etika profesi keperawatan yang tayang tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. 

Permainan kesan yang tampil pada profesi keperawatan cenderung negatif. Sebagaimana yang banyak publik tahu, dalam televisi perawat hanya mengikuti dokter, tanpa melakukan asuhan keperawatan yang semestinya. Tak hanya itu, beberapa penokohan hantu seperti suster ngesot juga melekat pada profesi keperawatan. 

“Sebenarnya kita tahu entertainment itu siapa, mereka membuat karya agar masyarakat minat. Tapi yang terpenting adalah bagaimana membuat karya yang masyarakat minati dengan peran dan fungsi yang tepat itu saya kira lebih bagus” tutur Dekan Fkp UNAIR, Prof Dr Ahmad Yusuf SKp MKes, saat wawancara UNAIR NEWS, Kamis (1/6/2023).

Lebih lanjut, menanggapi stigma perawat sebagai pembantu dokter, Prof Yusuf menegaskan perawat adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat memiliki tugas utama membantu pasien beradaptasi dengan penyakitnya, memotivasi kesembuhan, dan menanamkan kedamaian sebelum meninggal.

“Perawat itu bukan pembantu dokter, perawat adalah profesi yang unik, tugasnya untuk membantu pasien meninggal dengan damai,” tegas Prof Yusuf.

Upaya Meluruskan Kejadian Serupa

Prof Yusuf mengatakan bahwa Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai induk organisasi keperawatan, sudah sering melakukan somasi terhadap seluruh tindakan yang mendiskriminasikan profesi keperawatan. Menurutnya, jika masih ada kejadian yang serupa, maka perlu adanya edukasi lebih lanjut, yang mana hal itu harus dilakukan oleh perawat.

“Justru yang seharusnya jadi sutradara itu perawat, supaya bisa mengarahkan bagaimana menjadi perawat yang sebenarnya,” ujar Prof Yusuf.

Memasuki era digital, perawat tidak boleh ketinggalan teknologi. Mereka harus piawai memberikan contoh menegakkan asuhan keperawatan yang benar. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan edukasi via media sosial. Dengan demikian, stigma buruk tentang perawat sebagai pembantu dokter dapat berkurang. 

Penulis: Rosita
Editor: Nuri Hermawan

Baca Juga: Rektor UNAIR Bagikan Strategi Kepemimpinan World Class University