Universitas Airlangga Official Website

Dentolaser, Inovasi Alat Terapi Gigi Berbasis Kelistrikan dengan Radiasi Rendah

UNAIR NEWS – Demi meningkatkan inovasi riset, Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Seminar Desain Riset Berbasis Triple Helix yang berlangsung di Ruang Sidang Lantai 2 Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Kampus UNAIR Merr-C pada Rabu (27/9/2023). Kali ini, Prof Dr Suryani Dyah Astuti SSi MSi selaku peneliti senior dari Fakultas Sains Teknologi (FST) UNAIR menjadi salah satu pemateri. Ia membawakan materi tentang Hilirization Strategy of Dentolaser as A Competitive Innovation Product.

Pada pemaparan materi, Prof Suryani menjelaskan bahwa pembuatan produk dentolaser berangkat dari banyaknya penderita penyakit gigi dan mulut yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sebelumnya, treatment gigi dan mulut terdiri dari alveolar osteitis, dry socket, gingivectonomy, dan antibiotic. Ketiga jenis treatment memberikan efek resistensi terhadap antibiotik. Dalam hal ini, Dentosolar merupakan suatu produk alat kesehatan berbasis kelistrikan dengan metode terapi konflikmasi.

“Pada terapi ini, kami menggunakan kode-kode yang kami sebut dengan photodynamic dan photobiomodulation. Jadi terdapat dua komponen yang kami perlukan, yaitu cahaya dan agen photosensitizer. Kemudian, interaksi cahaya dan photosensitizer akan memproduksi beberapa spesies reactive oxygen yang akan merusak membran sel bakteri,” ungkap Prof Suryani.

Inaktivasi pada Bakteri, Jamur, hingga Tumor

Terdapat banyak jenis photosensitizer, kata Prof Suryani. Yang saat ini dikembangkan adalah photosensitizer berukuran nano yang terbuat dari silver nanoparticle atau gold nanoparticle. Semakin kecil ukuran photosensitizer-nya, maka kemampuan menyerap cahaya akan semakin besar. Lebih lanjut, penggunaan alat juga dapat untuk inaktivasi pada bakteri, jamur, bahkan tumor maupun kanker.

“Kalau biasanya terapi di radiologi menggunakan radiasi pemition. Maka dengan phototherapy, kami menggunakan mekanisme photodynamic pada terapi ini. Sehingga, radiasi yang dihasilkan berenergi rendah dan lebih aman,” ujar Prof Suryani.

Prof Suryani mengungkap, inovasi Dentolaser bermula dari penelitian dasar yang ia lakukan tahun 2007. Kemudian, berkembang lewat pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM), Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT), maupun Inovasi Perguruan Tinggi yang didapatkan bersama Prof Dr Fedik A. Rantam DVM Selaku Sekretaris Lembanga Penyakit Tropis (LPT) UNAIR.

Dalam pengembangan produk, LPT UNAIR juga bekerja sama dengan PT Sarandi Karya Nugraha. Pengembangan produk Dentolaser Photobiomodulation ini berlangsung pada 2021 sampai 2022. Selain itu, di tahun ini mereka juga mengembangkan produk dengan varian batu untuk kulit atau skinmulasi yang sedang dalam tahapan uji klinik pada pasien pasca pembedahan.

Nah, jadi impact yang kita harapkan dari inovasi ini adalah dapat membantu masyarakat, khususnya dokter gigi ataupun akupunturis dalam mendapatkan alat-alat kesehatan produk dengan cost yang lebih murah. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan terjangkau,” harap Prof Suryani. (*)

Penulis: Aidatul Fitriyah

Editor: Binti Q Masruroh