UNAIR NEWS – Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki filosofi tersendiri. Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR berkolaborasi menghadirkan narasumber berkompeten mengisi kuliah umum pada Kamis (29/09/2022). Kuliah umum itu membahas tentang filosofi batik dan kematian.
Bertepatan dengan pembukaan pameran eksklusif yang mengangkat tema Terakota pada Kamis-Jumat (29-30/9/2022). Acara yang berlangsung mulai pukul 15.00 WIB ini dibuka oleh
“Saya sudah masuk di dalam dan kagum karena banyaknya koleksi baik dari koleksi lokal hingga internasional,” jelas Irfan Wahyudi SSos M Comms Wakil Dekan III FISIP UNAIR memberikan apresiasi pada pameran museum kali ini.
Seminar tersebut mengundang dosen Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif Universitas Kristen Petra Dr Ir Lintu Tulistyantoro MDs sebagai dosen tamu. Dalam kuliah umum yang disampaikan secara outdoor di halaman depan museum, kegiatan pembelajaran dan diskusi berlangsung atraktif.
Batik Mengikuti Perkembangan Zman
Selain itu, selain power point, media ajar yang digunakan ada beberapa kain batik khusus yang dibawa dan ditunjukan di depan kelas.

“Hakikatnya setiap kain batik memiliki arti dan filosofi masing-masing. Jaman sekarang banyak generasi muda yang mulai melupakan filosofi setiap jenis kain batik. Tak heran jika ada beberapa batik yang biasa digunakan dalam upacara duka kadang digunakan sebagai trend,” ucap dosen sekaligus Ketua Yayasan KIBAS Batik Jawa Timur itu.
Namun, lanjut Lintu, hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Sebab, batik sekarang masuk dalam era akselerasi dan adaptasi dengan perkembangan zaman.
Sementara itu, Prima Dini Antares salah satu mahasiswa UNAIR prodi Antropologi angkatan 2020 menyampaikan bahwa materi yang disampaikan dalam kuliah umum kali ini dinilai sangat menarik.
“Kuliah umum kali ini lebih asik dan tidak membosankan. Selain karena dilaksanakan di luar kelas, namun penyampaian dan media ajar juga variatif sehingga kami lebih paham dengan poin yang disampaikan,” tuturnya dihadapan peserta yang mayoritas mahasiswa Antropologi itu. (*)
Penulis : Satriyani Dewi Astuti
Editor: Binti Q. Masruroh