Universitas Airlangga Official Website

Departemen Ilmu Kesehatan Mata UNAIR Gelar Diskusi Terkait Katarak dan Glaukoma

Diskusi berlangsung melalui live instagram arekmataunair . (Foto: SS IG)

UNAIR NEWS – Gangguan penglihatan masih menjadi permasalahan utama di Indonesia, ditunjukkan dengan data yaitu terdapat 1,6 juta orang mengalami kebutaan ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut sebanyak 81,2% gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak, hingga penyebab terbanyak lainnya adalah glaukoma. 

Selaras dengan hal itu, Departemen Ilmu Kesehatan Mata Universitas Airlangga menggelar diskusi terkait katarak dan glaukoma melalui live instagram arekmataunair pada Senin (20/03/2023). 

Narasumber dalam diskusi tersebut adalah Dr dr Nurwasis Sp M(K), Dokter Spesialis Mata, Konsultan Glaukoma RSUD Dr Soetomo Surabaya. Ia menuturkan katarak dan glaukoma sama-sama menyebabkan kebutaan, perbedaannya adalah kebutaan oleh katarak bersifat reversible sedangkan kebutaan oleh glaukoma bersifat permanen. 

“Dalam kasus katarak ketika diambil kataraknya, penglihatannya bisa kembali normal. Yang terganggu adalah kacanya yang semula bersih, katarak adalah kaca keruh yang ketika keruhnya diambil lensa bisa meneruskan cahaya kembali. Sedangkan glaukoma kebutaan di saraf, dimana apabila rusak tidak bisa digantikan sehingga kebutaannya adalah permanen,” tutur Dr Nurwasis.

Sementara itu, lanjutnya, gejala katarak dapat dikenali dengan adanya gangguan penglihatan. Sedangkan pada glaukoma tidak terdapat penurunan penglihatan namun terjadi penurunan lapang pandangan. “Jadi pandangannya itu menyempit dimana pada akhir itu baru terjadinya penyempitan jarak panjang. Glaukoma disebut juga dengan pencuri penglihatan,” jelasnya.

Dr Nurwasis juga menuturkan bahwa katarak dan glaukoma adalah sama-sama penyakit degenerasi atau kemunduran di kondisi tertentu. Menurutnya, cara penanganan katarak adalah operasi, sedangkan glaukoma dioperasi untuk menurunkan tekanan intraokular-nya  bukan memperbaiki sarafnya. 

“Dilihat dari tujuannya itu berbeda, katarak tujuannya adalah kataraknya itu, jadi yang mengganggu penglihatannya itu yang diambil dengan cara operasi  dan dipasang lensa intraokular dimana angka keberhasilan perbaikannya mencapai 98 persen. Sedangkan glaukoma tujuan operasinya adalah menstabilkan tekanan intraokular bukan untuk memajukan penglihatan,” sambungnya. 

Pada akhir ia menyampaikan cara antisipasi yang harus dilakukan ketika mengetahui ada keturunan glaukoma dari keluarga adalah kenali sedini mungkin agar masih ada banyak pilihan untuk pengobatan.

“Kenali sedini mungkin berhubungan dengan skrining yang dilakukan. Terdapat 2 skrining yaitu mengukur tekanan intraokular dan melihat  kelainan pada saraf optik atau saraf penglihatan yang mana dapat dikonsultasikan melalui dokter mata. Pentingnya melakukan skrining sebagai upaya peduli akan kesehatan mata,” tutupnya. 

Penulis: Mentari

Editor: Nuri Hermawan