Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak pandemi sejak munculnya coronavirus disease-2019 (COVID-19) pada Desember 2019. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menghimbau masyarakat terutama tenaga medis untuk menggunakan alat pelindung diri untuk mengurangi resiko tertular penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Tenaga medis yang bekerja di bangsal isolasi COVID-19 diharuskan untuk mengikuti prosedur pencegahan infeksi seperti kebersihan tangan, penggunaan masker medis atau masker N95, kacamata pelindung, pelindung wajah, gaun pelindung, sepatu pengaman dan penutup sepatu.
Penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan bahaya pekerjaan. Dermatitis kontak akibat kerja akibat prosedur pencegahan infeksi yang intensif pada tenaga medis telah dilaporkan sejak munculnya COVID-19. Kerusakan kulit langsung dan perburukan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya seperti dermatitis, dermatitis seboroik, dan akne telah sering didokumentasikan pada tenaga medis sebagai akibat dari penggunaan alat pelindung diri yang berkepanjangan.
Penyakit kulit akibat kerja yang paling umum ditemukan adalah dermatitis kontak akibat kerja yang meliputi dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi, urtikaria kontak, dan dermatitis kontak protein. Disfungsi sawar kulit adalah salah satu faktor yang paling menonjol. Kulit bertindak sebagai garis pertahanan utama terhadap pajanan bahaya lingkungan, yang memberikan perlindungan fisik, kimia, dan biologis. Dermatitis atopi, iktiosis, dermatitis kontak adalah contoh kondisi kulit dimana sawar kulit terganggu. Faktor luar, seperti iritan kulit, mengganggu struktur dan komposisi lapisan terluar kulit. Faktor genetik, seperti mutasi gen filaggrin (FLG), dapat menyebabkan kelainan pada fungsi sawar kulit dan resiko yang lebih besar terhadap kelainan kulit. Protein FLG penting dalam fungsi sawar kulit. Mutasi gen ini telah dikaitkan dengan timbulnya dermatitis kontak akibat kerja. Pekerja pada bidang kesehatan, penata rambut, dan pekerja konstruksi termasuk di antara pekerjaan yang berisiko tinggi untuk mengalami dermatitis kontak akibat kerja.
Keluhan kulit yang paling umum adalah kulit kering/kencang dan gatal, sedangkan bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan adalah pipi dan dagu, diikuti dahi dan jari tangan atau sela jari, serta telapak tangan. Penyakit kulit wajah dan dermatitis tangan merupakan penyakit kulit akibat kerja yang paling banyak ditemukan pada tenaga medis yang bekerja selama pandemi COVID-19. Penyakit kulit wajah termasuk dermatitis kontak, jerawat, rocasea, dan perburukan penyakit kulit wajah sebelumnya. Sedangkan dermatitis kontak iritan atau alergi, serta faktor penyebab dari dalam seperti dermatitis atopik, dapat menyebabkan dermatitis tangan.
Selama pandemi COVID-19 ditemukan bahwa dermatitis tangan pada tenaga medis memiliki hubungan yang signifikan dengan frekuensi cuci tangan menggunakan sabun dan durasi pemakaian sarung tangan di tempat kerja. Zat thiuram, carbamate, benzothiazole, guanidine, dan thiourea telah diketahui sebagai alergen utama pada alergi sarung tangan. Produk kebersihan tangan yang mengandung pengharum, benzalkonium klorida, natrium benzoate, propilen glikol, dan lanolin juga dapat memicu alergi. Penggunaan lanolin dapat menimbulkan efek samping yaitu rasa terbakar atau perih pada kulit, kulit memerah, kulit mengelupas, dan iritasi kulit yang semakin parah. Produk kebersihan tangan menyebabkan penguraian protein lapisan kulit terluar, perubahan lemak antar sel, penurunan ikatan antar sel, dan penurunan kapasitas pengikatan air pada lapisan terluar kulit, yang semuanya merusak sawar kulit.
Upaya pencegahan dermatitis kontak akibat kerja akibat alat pelindung diri dapat dilakukan dengan mencuci muka terlebih dahulu dengan lembut terutama pada dahi, pangkal hidung, pipi, bawah dagu, dan belakang daun telinga. Oleskan lapisan tipis pelembab non-comedogenic untuk melindungi kulit ke seluruh wajah sebelum menggunakan masker. Kawat pada masker umumnya terbuat dari nikel yang merupakan salah satu bahan alergen, sehingga dapat dilapisi dengan hidrogel, perban, atau bahan busa untuk mencegah dermatitis kontak akibat kerja. Penggunaan pelembab setelah mencuci tangan berguna untuk melapisi permukaan kulit dan mencegah kehilangan air. Pelembab harus segera digunakan setelah mencuci tangan dan sebelum mengenakan sarung tangan.
Penulis : Prof. Dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa,dr.,Sp.KK(K)
Informasi lengkap dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di https://sciencescholar.us/journal/index.php/ijhs/article/view/12856
Occupational contact dermatitis among healthcare workers in the COVID-19 Isolation ward
Cita Rosita Sigit Prakoeswa, Damayanti, Sylvia Anggraeni, Menul Ayu Umborowati, Sawitri, Astindari, Andre Yuindartanto