UNAIR NEWS – Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan Fakultas Vokasi (FV), Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan seminar nasional. Seminar nasional bertema “Transformasi Digital di Era Industri 5.0” terselenggara pada Sabtu (14/9/2024). Kegiatan ini menjadi momen penting bagi 40 tahun Pendidikan Radiografer UNAIR. dalam menunjukkan komitmen mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, juga sebagai momen mempersiapkan radiologist yang siap menghadapi tantangan teknologi.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-40 Pendidikan Radiografer UNAIR. Sebanyak 550 peserta dari kalangan alumni maupun mahasiswa hadir dalam kegiatan yang berlangsung di Ruang Ternate, Lantai 1, ASEEC Tower, Kampus Dharmawangsa-B UNAIR itu.
“Ini adalah suatu momentum di mana alumni yang begitu banyak, yang tersebar di seluruh Indonesia hari ini berkumpul dalam memperingati dies natalis. Ini adalah suatu momen yang sangat bagus, sangat tepat pada masa sekarang. Karena alumni saat ini sangat dibutuhkan oleh institusi atau oleh almamater. Employability alumni sangat diperlukan,” ujar Dekan Fakultas Vokasi UNAIR Prof Dr Anwar Ma’ruf drh M Kes penuh bangga.
Industri 5.0 dan Transformasi Radiologi
Prof Dr Bambang Sektiari Lukiswanto Drh DEA selaku wakil rektor bidang akademik, kemahasiswaan, dan alumni (AMA) dalam keynote speech-nya menjelaskan konsep Industri 5.0 sebagai Super Smart Society. “Society 5.0 fokus pada penyelesaian masalah sosial melalui revolusi industri yang berbasis teknologi pintar,” katanya.
Prof Bambang menambahkan bahwa era 5.0 mengintegrasikan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) dalam masyarakat secara efektif. Di bidang medis, khususnya radiologi, perkembangan ini membawa dampak besar pada cara perawatan dan pemantauan pasien.
“IoT menghubungkan perangkat medis ke jaringan internet, memungkinkan pemantauan kesehatan pasien secara real time,” jelas Prof Bambang. Kecanggihan ini memberikan efisiensi dalam perawatan dan memudahkan akses bagi pasien yang kesulitan datang langsung ke fasilitas kesehatan.
Tantangan dan Dampak Teknologi
Meski membawa banyak manfaat, Prof Bambang juga menyoroti berbagai tantangan dengan adanya transformasi digital ini. Salah satunya, perubahan peran tenaga profesional di era teknologi yang serba otomatis. “Penggunaan teknologi canggih dalam bidang radiologi memang meningkatkan efisiensi, tetapi juga menghadirkan tantangan baru, terutama dalam aspek etika,” tuturnya.
Selain itu, dehumanisasi dalam perawatan juga menjadi kekhawatiran. Dengan berkurangnya interaksi manusia karena teknologi, menimbulkan resiko perawatan kesehatan akan kehilangan sentuhan personal. “Perkembangan teknologi ini harus tetap memperhatikan unsur kemanusiaan dalam pelayanan kesehatan,” tegas Prof Bambang.
Penulis: Anggun Latifatunisa
Editor: Yulia Rohmawati