UNAIR NEWS – Diskusi bina keluarga sebagai madrasah utama generasi bangsa, Sekolah Pascasarjana UNAIR gelar diskusi terbuka bertajuk BISIK “Bincang Keluarga Itu Asyik”. Acara tersebut dilangsungkan secara hybrid via zoom meeting dan offline di Western Regency Blok G Nomor 9 Sememi, Benowo, Surabaya, Sabtu (24/12/2022).
“Di peradaban sekarang ini banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah. Hal ini perlu dikoreksi ya sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad bahwa pendidikan utama anak itu ada pada ibu dan ayah itu sebagai penentu kebijakannya,” ujar Prof Dr Rr Sri Pantja Madyawati drh M Si, Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana UNAIR
Menguatkan konsep keluarga yang dijelaskan Dr Rr Sri, Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti S Si M PSDM menuturkan bahwa keluarga adalah benteng peradaban sehingga keluarga harus memiliki ketahanan yang luar biasa yang terbentuk dari kebahagiaan lahir dan batin.
“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memperhatikan kebutuhan lahir dan batin dari warganya. Kota yang aman, tumbuh, sejahtera, maju, mendukung fasilitas pendidikan itu sangat mendukung proses pembentukan peradaban yang baik,” tuturnya
Penguatan Pendidikan Anak dengan Pendidikan Pesantren
Menanggapi pendidikan etika dan penguatan karakter anak, Kepala Balitbang Provinsi Jawa Timur, Dr Andriyanto SH MKes menuturkan bahwa kontribusi orang tua mendominasi keberhasilan dari proses mendidik. Namun, menurutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa sangat sedikit orang tua yang mampu mengendalikan anak-anak karena secara emosional mereka akan lebih patuh pada guru, sehingga pendidikan pesantren bisa menjadi pilihan dalam mendidik karakter anak.
“Pendidikan pesantren itu memang berbeda sistemnya. Poin utama yang harus kita pegang dalam pendidikan adalah untuk menuju kepada pribadi yang sholeh sholehah,” ujarnya
Dr Andriyanto juga menentukan bahwa banyak rintangan menjadi orang tua, akan tetapi makin berat prosesnya semakin besar pahalanya. “Akhir dari kita itu adalah amal. Jadi kalau diberi ujian jangan dianggap beban anggap itu sebagai ladang ibadah,” tegasnya
Penulis: Rosita
Editor: Nuri Hermawan