Universitas Airlangga Official Website

Diskusi ICAS 13, Bahas Fenomena Media Sosial

Peserta diskusi menyimak pemaparan materi dalam forum ICAS 13 di Gedung Pasca Sarjana UNAIR. (Sumber: tim panitia ICAS 13)

UNAIR NEWS – Rangkaian acara The 13th International Convention of Asia Scholars (ICAS) terus berlangsung. Pada sesi tiga di hari Rabu (31/7/2024), terdapat diskusi yang membahas terkait peran media sosial di Indonesia serta manfaat dan tujuan penggunaannya. Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Pascasarjana Ruang P2.06, Universitas Airlangga, Kampus Dharmawangsa-B.

Forum diskusi ini dipimpin oleh Anton Novenanto, selaku Dosen Sosiologi Universitas Brawijaya. Selain itu, hadir juga beberapa panelis yang memiliki berbagai sudut pandang. Masing-masing akan memaparkan hasil penelitiannya terkait media sosial beserta kebebasan atau otonomi di Indonesia. 

Diskusi dibuka dengan pemaparan dari Nuzul Solekhah, partisipan dari National Research and Innovation Agency (BRIN), Indonesia. Hasil penelitiannya itu bertajuk “Neo-Objectification of Female Body in Social Media Crossdressing Content.

Nuzul menerangkan bahwa saat ini banyak konten-konten humor yang menampilkan hetero gender dengan objektifikasi seksual. Bahkan, fenomena itu tak hanya terjadi di Indonesia, di beberapa negara lainnya juga ditemui hal serupa. Bagi Nuzul, hal ini menjadi suatu pertanyaan tersendiri karena adanya normalisasi hetero gender. 

“Fenomena konten yang diperankan dalam bentuk hetero gender ini seolah dinormalisasikan oleh para konsumen media sosial, seperti pakaian daster serta aksen-aksen female yang dilebih-lebihkan, seolah menjadi hal yang wajar oleh sebab candaan konten,” terangnya.

Tak hanya itu, konten candaan dengan peran hetero gender ini juga berujung untuk mempromosikan iklan produk kecantikan. “Tak jarang, konten-konten tersebut juga menjajakan persoalan-persoalan insecurity perempuan yang berujung iklan kecantikan atau hal-hal terkait. Dan poin berikutnya, terjadi pola kapitalisme sebab pasar pengikut dari konten tersebut,” imbuhnya.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Siti Putri Lestari, delegasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan hasil penelitiannya terkait peran media sosial dari sudut pandang luapan emosional seseorang, terutama bagi para Gen Z saat ini. 

Media sosial yang ia soroti adalah Instagram. Pasalnya, dalam aplikasi tersebut muncul berbagai bentuk video maupun meme yang dirasa mewakili perasaan pengguna. “Berbagai meme yang kerap kali ditemukan di media sosial ini terkadang related dengan perasaan yang kita rasakan, atau dapat mewakili luapan emosi yang ingin kita tunjukkan,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa dalam meluapkan emosi atau perasaan, terdapat klasifikasi tersendiri bagi pengguna akun untuk share hal tersebut. Dalam klasifikasinya terbagi menjadi tiga, yaitu general atau untuk dikonsumsi secara publik, closefriend, dan hide yang berarti disembunyikan.

“Salah satu faktor pengklasifikasian media sosial ini juga erat kaitannya dengan kedekatan seseorang dalam dunia nyatanya. Dan saya rasa berbagai media sosial saat ini juga mendukung fitur-fitur tersebut bagi para pengguna,” sambungnya.

Penulis: Annisa Nabila

Editor: Edwin Fatahuddin