UNAIR NEWS – Beberapa waktu lalu masyarakat dikejutkan dengan peristiwa yang dialami oleh salah satu pesohor tanah air. Indra Bekti sosok ceria yang kerap kali menyapa masyarakat Indonesia dengan canda serta tawanya mengalami pecah pembuluh darah di kepala sehingga menyebabkan pendarahan. Akibat peristiwa tersebut Indra harus melalui proses operasi dan perawatan intensif di rumah sakit.
Dr dr Andrianto SpJP(K) FIHA FAsCC yang merupakan Dosen Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan pembuluh darah di kepala pecah. Pertama, tekanan darah tinggi atau yang sering disebut hipertensi.
“Penyebab tersering pembuluh darah pecah di kepala itu hipertensi, karena beban tekanan dalam pembuluh darah melebihi kemampuannya. Tekanan yang berlebih itu akan menyebabkan pembuluh darah pecah,” katanya.
Tekanan darah yang semakin tinggi akan menyebabkan penebalan pada otot dinding pembuluh darah. Dalam jangka waktu yang panjang penebalan diikuti pelebaran dinding pembuluh darah. Akibatnya pembuluh darah menjadi menipis dan berkurang kekuatannya dalam menahan tekanan darah. Hal ini yang menyebabkan pembuluh darah pecah.
Kedua, kelainan pada dinding pembuluh darah. Kelainan ini akan membuat dinding pembuluh darah mengalami penipisan dan menggelembung yang dikenal dengan aneurisma.
“Dibandingkan dengan dinding pembuluh darah lain, pembuluh darah di kepala ini menjadi lebih tipis. Ketika ada peningkatan tekanan meskipun tidak terlalu tinggi bisa menyebabkan pecah pembuluh darah,” terangnya.
Jika pembuluh darah yang ada di kepala pecah maka aliran darah yang mengandung oksigen dan nutisi bagi otak akan terganggu dan terbentuk gumpalan darah di luar pembuluh darah yang mendesak jaringan otak.
Sejumlah Penanganan
Penanganan pembuluh darah yang pecah di kepala ternyata tidak selalu berakhir di atas meja operasi. Penanganan setiap orang berbeda tergantung dengan volume darah yang keluar. Diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa CT-Scan dan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengetahui jumlah pasti volume darah yang keluar.
Ketika volume darah yang keluar dalam jumlah besar maka darah yang keluar akan berkumpul di luar pembuluh darah dan hal ini berdampak pada proses desak ruang jaringan otak.
“Otak dilindungi oleh tulang tengkorak jadi jika ada massa dalam otak karena gumpalan darah maka tekanan dalam rongga kepala meningkat dan berpengaruh pada proses desak ruang. Jika tekanan besar maka harus dilakukan operasi,” ungkapnya.
Sementara itu jika volume darah yang keluar akibat pecah pembuluh darah di kepala sedikit maka akan dilakukan observasi terlebih dahulu. “Pemantauan harus dilakukan misal di awal volume darah yang keluar sedikit lalu meningkat bisa jadi lebih banyak. Tadinya di awal tidak ada indikasi tindakan bedah akhirnya bisa ada indikasi untuk dilakukan pembedahan. Jika jumlah volume darah yang keluar tetap sedikit sebenarnya dapat terjadi penyerapan kembali oleh sistem otak.sehingga tidak memerlukan tindakan operasi,” pungkasnya. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Binti Q. Masruroh