Universitas Airlangga Official Website

Dokter Spesialis Mata UNAIR Kenalkan Kondisi Penderita Buta Warna

Dokter Spesialis Mata UNAIR Kenalkan Kondisi Penderita Buta Warna
dr Nurdin bahas peran serta orang tua terhadap anak penderita buta warna dalam Dokter UNAIR TV (Foto: Kanal YouTube Dokter UNAIR TV)

UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati Hari Buta Warna Sedunia 2024, Dokter UNAIR TV pada Jumat (6/9/2024), memberikan edukasi dengan tema “Pentingnya Deteksi Dini Buta Warna”. Dokter spesialis mata, dr Moh Nurdin Zuhri Sp M FICS menjelaskan mengenai seberapa penting mendeteksi kondisi mata bagi penderita buta warna.

Dalam pemaparannya, dr Nurdin menjelaskan mengenai pengertian buta warna yakni kondisi mata tidak mampu melihat warna secara normal. Gangguan gelombang warna yang tidak maksimal, antara gelombang tinggi, gelombang sedang, hingga gelombang pendek memengaruhi kondisi buta warna. Sel retina, tepatnya pada bagian sel kerucut yang tidak bekerja secara optimal mengakibatkan tinggi atau pendeknya gelombang warna.

Lebih lanjut, dr Nurdin menyebutkan bahwa terdapat dua kategori buta warna, yakni buta warna total dan buta warna parsial. Dalam dunia kedokteran, kondisi buta warna parsial biasa disebut protanopia. Ia menambahkan bahwa kondisi protanopia biasanya sangat sulit membedakan warna yang memiliki elemen gradasi, sehingga kondisi penglihatan warna tidak maksimal.

dr Nurdin menjelaskan pengertian buta warna (Foto: Kanal YouTube Dokter UNAIR Tv)
dr Nurdin menjelaskan pengertian buta warna (Foto: Kanal YouTube Dokter UNAIR Tv)

“Buta warna parsial biasanya tidak dapat melihat dengan baik warna kuning, warna merah, dan warna hijau. Berbeda dengan pandangan penderita buta warna total, yang terlihat seperti monokrom atau berwarna seperti abu-abu,” ucapnya.

Faktor dari kondisi buta warna, sebut dr Nurdin, dapat dari keturunan atau yang didapat. Buta warna yang didapat biasanya muncul dari kondisi penyakit tertentu atau akibat efek samping obat. “Untuk kondisi buta warna yang didapat, penyembuhan bisa melalui tahapan medis tertentu. Sehingga secara perlahan penderita dapat kembali seperti semula,” ungkapnya.

Selanjutnya, dr Nurdin mengungkapkan bahwa pentingnya deteksi dini bagi penderita buta warna dari keturunan. Munculnya buta warna keturunan akibat kondisi kromosom manusia, sebagai laki-laki yang memiliki kromosom xy dan perempuan yang memiliki kromosom xx. Ia menyebut berdasarkan data bahwa sebagian besar buta warna keturunan terjadi pada laki-laki.

“Untuk saat ini, belum ada penelitian yang dapat menyembuhkan kondisi penderita buta warna keturunan. Upaya pengobatan yakni memberikan pemahaman sejak awal dari orang tua kepada anak dengan dugaan mengalami kondisi buta warna. Mengetahui kondisi buta warna, dapat melalui screening menggunakan tes ishihara,” tuturnya.

Menurutnya peran penting edukasi sejak awal mengenai penderita buta warna tidak hanya terfokus pada orang tua. Akan tetapi tenaga pendidik harus peduli ketika menemukan gejala bagi penderita buta warna. “Pentingnya deteksi dini yaitu untuk mempersiapkan kondisi mental penderita buta warna sebagai upaya langkah awal persiapan karir kedepannya,” pungkasnya.

Penulis: M Akmal Syawal

Editor: Yulia Rohmawati