Universitas Airlangga Official Website

Dokter UNAIR TV Beberkan Ancaman Kuman Kebal Antibiotik

Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo MSi MKedKlin SpMK(K) saat menjadi Narasumber dalam Dokter UNAIR TV pada Jumat (17/11/2023) (Foto: SS YouTube)

UNAIR NEWS – Dokter UNAIR TV kembali menggelar Dokter Edukasi dengan tajuk Kuman Kebal Antibiotik, Gak Bahaya Ta? pada Jumat (17/11/2023). Gelaran tersebut berlangsung dalam rangka memperingati Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia yang tiap tahunnya jatuh pada 18 hingga 24 November.

Pakar yang menjadi pembicara dalam episode kali ini adalah Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo MSi MKedKlin SpMK(K). Ia menyebut jika banyak faktor yang menyebabkan kuman resisten terhadap antibiotik, salah satunya adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat guna.

“Penggunaan yang terus-menerus walaupun itu pada dosis terapi, kemudian penggunaan yang tidak tepat yang kita sebut sebagai overuse. Lalu ada juga yang disuse, penggunaan yang keliru, dan lain-lain,” sebutnya.

Sadar atau tidak, masyarakat juga turut andil dalam meningkatnya resistensi kuman tersebut. Dr Agung mencontohkan penggunaan antibiotik yang masyarakat beli di apotik secara mandiri. Hal itu dapat membawa masyarakat pada kesalahan pemakaian dan menyebabkan kuman kebal sehingga tidak akan mati dengan antibiotik yang sama.

Dr Agung mengatakan bahwa Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang menghadapi permasalahan resistensi kuman tersebut. Negara di seluruh dunia juga berada pada keadaan yang sama dan berupaya keras untuk mengatasi ancamannya.

Dr Agung kemudian menyampaikan salah satu studi di Inggris terkait resistensi kuman dan bahayanya pada populasi manusia. Penelitian itu menyatakan jika tahun 2050 kuman resisten tidak segera teratasi, maka tiap tahunnya akan ada sepuluh juta manusia yang kehilangan nyawa.

“Satu studi di Inggris menyatakan kalau seandainya resistensi terabaikan, pada tahun 2050 akan ada sepuluh juta orang meninggal tiap tahunnya karena infeksi dari resistensi kuman tersebut,” ujarnya.

Maka dari itu, dr Agung tidak segan untuk menekankan pentingnya persiapan dan penanganan sedini mungkin pada kuman resisten tersebut. Jika tidak segera teratasi, besar kemungkinan jika prediksi yang para ahli ungkapkan dalam penelitian di atas akan benar-benar terwujud. 

“Para ahli sudah bilang kalau seandainya tidak segera menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi secara global ini, tinggal tunggu saja karena mikrobanya sudah ada dan mulai resisten semua,” jelasnya.

“Kemudian,” lanjut dr Agung, “penggunaan antibiotik yang gak karu-karuan seperti tadi, perilaku dokternya, perilaku tenaga kesehatan juga. Mereka tidak waspada atau tidak bijak menggunakan antibiotik, kalau tidak segera berhenti ini akan jalan terus seperti itu sehingga prediksi tahun 2050 bisa terjadi,” simpulnya. (*)

Penulis: Muhammad Badru Anwar

Editor: Nuri Hermawan