UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali edukasi masyarakat melalui platform kesehatan digitalnya, Dokter UNAIR TV. Kali ini, segmen Dokter Edukasi menyajikan materi bertajuk Waspada Paru-paru Basah, Berbahayakah? pada Jumat (27/12/2024). Hadir dr Kudiarto Sp P, dokter spesialis paru-paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) selaku narasumber pada sesi ini.
“Pneumonia atau paru-paru basah merupakan kondisi di mana paru-paru penderita terisi oleh cairan nanah maupun sekresi,” tutur dr Kudiarto mengawali pembahasan. Pada pneumonia, paru-paru yang bentuknya menyerupai anggur dengan kanal-kanal yang bertautan ini mengalami infeksi. Imbasnya, paru-paru mengalami inflamasi lalu terisi cairan yang akhirnya dikenal sebagai paru-paru basah.
“Cairan menghambat keluar masuknya udara, sehingga keluhan pertama yang muncul adalah sesak nafas,” ujar dr Kudiarto. Selanjutnya, radang akibat infeksi memunculkan gejala batuk, demam, hingga nyeri dada pada penderita.
Kendati demikian, gejala-gejala ini bersifat umum dan menyesuaikan kondisi masing-masing pasien. “Contohnya pada pasien lansia diatas 65 tahun, jarang kita jumpai keempatnya muncul. Terkadang hanya demam disertai nafsu makan yang turun,” tambahnya.
Penyebab dan Pengobatan Pneumonia
Penyebab utama paru-paru basah adalah kuman. “Kuman ini terdiri atas bakteri, jamur, dan virus, kecuali virus penyebab TBC,” sebut dr Kudiarto.
Pada usia dewasa muda, bakteri kerap menjadi penyebab pneumonia. Bakteri ini selanjutnya diklasifikasikan menjadi bakteri tipikal dan atipikal. Pada bakteri tipikal, penderita akan mengalami gejala-gejala umum pneumonia. Namun, bakteri atipikal akan memunculkan gejala-gejala tak umum seperti tidak enak badan, diare, serta mual-mual. Pada anak-anak, paru-paru basah umumnya disebabkan oleh virus.
Pengobatan pneumonia nantinya menyesuaikan pada penyebab penyakitnya. “Jika penyebabnya bakteri, akan diberikan antibiotik. Jika jamur, maka akan diberikan antijamur. Lalu jika penyebabnya virus, maka akan diberikan antivirus,” jelas dr Kudiarto.
Pemberian obat-obatan antimikroba ini nantinya akan dilanjutkan dengan pengobatan keluhan dan pengobatan komplikasi. Penyakit ini dapat sembuh total, namun memang setiap mikroba membutuhkan terapi yang berbeda.
Pencegahan Paru-Paru Basah
Paru-paru basah merupakan salah satu penyakit berbahaya. Berdasarkan dr Kudiarto, WHO telah menetapkan pneumonia sebagai penyebab terbanyak kematian pada balita. Tak hanya itu, data BPJS menunjukkan bahwa pneumonia merupakan salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak yang membutuhkan rawat inap.
“Sayangnya, pneumonia dianggap sebagai salah satu penyakit yang terabaikan di negara-negara berkembang, seperti Indonesia,” ungkap dr Kudiarto. Maka dari itu, penting untuk digaungkan upaya pencegahan dan edukasi terkain bahaya pneumonia.
Pencegahan infeksi ini terdiri atas enam rantai. Pertama, adalah kuman. Kedua, reservoir yang merupakan tempat tinggal kuman tersebut. Ketiga, portal exit yang menjadi tempat kuman dikeluarkan, seperti batuk. Lalu, terdapat pula entry point yang menjadi tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, transmisi atau media penyebaran kuman, dan kekuatan imunitas individu.
Penulis: Zahwa Sabiila Ilman Ramadhani
Editor: Khefti Al Mawalia