UNAIR NEWS – Neuromarketing merupakan sebuah ide revolusioner dalam ilmu ekonomi yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu seperti ilmu saraf, psikologi, dan ekonomi. Dr dr Asra Al Fauzi SE MM SpBS(K) FICS FACS IFAANS selaku Ketua Office of International Affair Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dalam acara Dokter UNAIR TV mengungkapkan bahwa neuromarketing adalah istilah yang dihimpun dari suatu inovasi dimana ilmu marketing dapat dikolaborasikan dengan ilmu kedokteran.
Dr Asra menyebut, marketing bisa dikaitkan dengan konsumen behavior atau model perilaku terkait masalah biologis. Ia menjelaskan ilmu neuromarketing dapat dimanfaatkan dalam penelitian sebuah iklan dengan menganalisa visual attention.
“Dalam sebuah iklan misalnya, posisi bayi yang menghadap ke depan maka semua tertuju ke bayinya dan tidak ke pesannya. Tapi kalau bayinya kita bikin menghadap ke pesannya, itu pesannya banyak dibaca,” ujar dr Asra, Jumat (03/5/2022).
Selanjutnya, dr Asra menjelaskan bahwa neuromarketing memiliki peran untuk memahami cara suatu stimulus dari luar agar bisa diolah oleh otak dan pada akhirnya menghasilkan suatu hasil yang berguna dalam bidang ekonomi. Ia menyebut, neuromarketing adalah sebuah alat yang menjadi future trend dan banyak digunakan untuk riset di bidang marketing.
“Ini kenapa ekonom dan dokter harus bekerja sama karena pada dasarnya neuromarketing adalah tools, bisa melihat metabolisme aktivitas di otak, kemudian bisa melihat sesuatu tanpa merekam,” tuturnya.
Pemahaman Sel Otak dan Saraf
Kemudian, Dr Gancar Candra Premananto CMA CDM CNLP selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR menjelaskan neuromarketing dalam pemanfaatannya perlu pemahaman sel otak dan sel saraf yang kemudian diaplikasikan dalam dunia pemasaran. Lebih lanjut, Gancar mengungkapkan bahwa konsep utama dalam neuromarketing adalah ketika seseorang melihat suatu stimulus maka di dalamnya akan ada juga AIDA (awareness, interest, desire, dan action).
“Bagaimana kita berusaha memasukkan persepsi positif kepada konsumen dan kemudian konsumen merespons positif terhadap stimulus yang kita munculkan,” terangnya.
Berkaitan dengan inovasi penjualan dengan neuromarketing, Gancar menegaskan hal pertama yang perlu dipahami adalah konsep dasar neuromarketing itu sendiri. Ia menyebut, pemanfaatan neuromarketing dalam pemasaran produk perlu adanya eksperimen atau riset untuk memahami apa yang terjadi di otak manusia. Sederhananya, lanjutnya, ketika seseorang akan membuat produk baru perlu riset terlebih dahulu apa yang mudah menarik perhatian konsumen.
“Dalam beberapa hal sebelum produk di-launching kita perlu mengetahui sebetulnya konsumen itu sukanya yang seperti apa,” ujarnya. (*)
Penulis: Wiji Astutik
Editor: Binti Q. Masruroh