UNAIR NEWS – Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) kembali melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan melibatkan dosen dan mahasiswa dari Departemen Ilmu Kefarmasian (DIK). Dalam kegiatan itu, FF UNAIR berupaya menyalurkan sumbangsih ilmu terkait pengembangan produk kepada para masyarakat di Desa Bolo, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada Rabu (10/8/2022).
Desa Bolo merupakan salah satu desa yang memiliki produksi jeruk nipis melimpah di Kabupaten Gresik. Rata-rata penduduk desa Bolo memiliki 1/4 hektar tanah yang ditanami jeruk nipis dengan kemampuan produksi 2 hingga 3 ton per hektar. Petani biasa memanen sebanyak dua kali per bulan. Dalam sekali panen, satu kotak lahan menghasilkan 1-3karung jeruk nipis (81-93kg per karung).
Dengan potensi yang ada, jeruk nipis dianggap sebagai produk andalan bagi warga setempat. Akan tetapi, kelemahan dari bisnis budidaya jeruk nipis adalah harganya yang sangat tidak stabil. Saat harga anjlok, harga jeruk nipis terjun menjadi Rp 3.000-7.000 per kg. Akibat karena jeruk nipis yang tidak stabil dan cenderung anjlok, beberapa petani memutuskan untuk membuang begitu saja buah jeruk yang sudah dipanen.
Dengan latar belakang tersebut, tim Pengmas DIK yang diketuai oleh Dr apt Idha Kusumawati MSi memberikan solusi alternatif berupa pengolahan jeruk nipis menjadi produk Industri Rumah Tangga (IRT) yang potensial. Dr Idha Kusumawati menuturkan bahwa untuk menghadapi surplus panen dan harga yang anjlok, jeruk nipis dapat diolah menjadi produk yang dapat meningkatkan umur simpannya. Proses pengolahan ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan ataupun pengolahan menggunakan produk dengan bantuan pengawet alami (misalnya dengan penggunaan kadar gula tinggi pada sirup). Penekanan kadar air pada proses pengeringan dan pengawetan ini dapat menyelamatkan produk dari pembusukan akibat penguraian oleh mikroba.
Selain itu Prof Dr Retno Sari MSi Apt sebagai narasumber pada acara tersebut juga menuturkan bahwa pengembangan produk jeruk nipis yang mendukung kesehatan sangat penting dilakukan. Hal ini mengingat ada banyak sekali penelitian ilmiah yang mengkonfirmasi potensi antioksidan dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam jeruk nipis, khususnya senyawa-senyawa fenolik.
Gagasan itu mendapatkan respon positif dari kepala desa Bolo, Bapak Ihsanul Hakim, beliau menyampaikan bahwa awal mula petani Desa Bolo memilih budidaya jeruk nipis adalah karena hama tikus yang merusak tanaman padi sehingga membuat masyarakat tidak bisa menikmati keuntungan. Sejauh ini budidaya jeruk nipis dinilai lebih mudah dengan keuntungan yang cukup menjanjikan.
“Semoga setelah acara pengabdian ini usai masyarakat mendapatkan keterampilan pengolahan jeruk nipis dan penjaminan mutu produk sehingga tidak ada lagi hasil panen yang terbuang sia-sia,” ucapnya.
Tidak hanya mendapatkan materi penyuluhan, masyarakat juga mendapatkan pelatihan atau demo pembuatan produk secara langsung. Pada kegiatan ini masyarakat dilatih untuk membuat produk-produk makanan dan minuman berbahan jeruk nipis yang dapat dikembangkan serta metode pengolahan yang dilakukan agar mampu menjaga keutuhan nutrisi yang ada dalam jeruk nipis.
Beberapa produk minuman yang ditampilkan antara lain berupa minuman kombinasi jeruk nipis dengan kunyit, jeruk nipis dengan kencur, jeruk nipis dengan jahe, sirup jeruk nipis, salad dressing, sauce dressing, cookies, dan beberapa jenis kue yang dapat dibuat di rumah masing-masing.
Acara yang dilakukan dihadiri oleh kurang lebih 45 orang petani jeruk nipis dan keluarganya. Peserta terlihat antusias dalam mengikuti setiap rangkaian kegiatan yang dilaksanakan. Ke depan, kolaborasi antara FF UNAIR dan desa Bolo ini diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan sehingga masyarakat dapat mewujudkan kemandirian produksi dan pengolahan produk berbahan dasar jeruk nipis yang dapat menopang ekonomi. (*)