UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) terus menyulut semangat para civitas akademika dalam kegiatan penelitian. Salah satu dosen Program Studi Kejepangan (STUJEP) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR berhasil meraih hibah penelitian untuk empat judul penelitian miliknya. Ia adalah Antonious R. Pujo P. PhD.
Berdasarkan wawancara dengan UNAIR NEWS pada Minggu (2/4/2023), Antonius menyebutkan bahwa ia berhasil menerima hibah penelitian dari tiga institusi. Ketiganya yakni South Asia, Southeast Asia, and Taiwanese Universities Joint Research Scheme (SATU JRS), National Research Foundation (NRF) Korea, dan terakhir berasal dari Sumitomo Foundation.
SATU JRS
SATU JRS atau South Asia, Southeast Asia, and Taiwanese Universities Joint Research Scheme merupakan hibah yang diberikan langsung oleh UNAIR. Antonius berhasil meraih skema penelitian join riset bersama peneliti dari Universiti Malaya dan De La Salle University Filipina.
Tahapan seleksi dari hibah tersebut terdiri dari pengiriman proposal penelitian dan mencari partner peneliti dari konsorsium SATU JRS. Kemudian, seleksi oleh para panitia SATU JRS untuk mendapatkan pembiayaan dari UNAIR.
Pada skema penelitian itu, Antonious mengusulkan judul “(UNAIR 37) Problems and Strategies of Indonesian and Filipino Migrant Workers in Japan in Dealing with the Cultural Clashes,” dan “(DLSU 02) Experiences of Indonesian and Filipino Migrant Workers in Japan”. Ia mengangkat isu tentang kesejahteraan para pekerja migran di Jepang dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan budaya baru.
Kedua penelitian tersebut bertujuan untuk memetakan berbagai permasalahan caregivers Indonesia dan Filipina. Kedua negara ini merupakan sesama bangsa Asia Tenggara yang memiliki kemiripan latar budaya yang bekerja di Jepang.
“Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana mereka mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan tersebut sehingga dapat bertahan hidup di negara yang berbeda budaya dengan mereka. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pemerintah yang berhubungan maupun bagi masyarakat di kedua negara yang ingin berkarir di Jepang,” ujar dosen Studi Kejepangan itu.
National Research Foundation (NRF) of Korea
Sesuai namanya, hibah penelitian ini berasal dari pemerintah Korea Selatan. Antonius berhasil meraih skema penelitian join riset bersama peneliti Korea University Korea Selatan.
Tahapan seleksi dari hibah ini terdiri dari pengiriman proposal penelitian kepada para tim peneliti asal Korea University. Kemudian, diumumkan hasil dari seleksi Panitia Seleksi NRF Korea.
Pada program itu, Antonious mengusung tajuk penelitian A Study on Bilingual Literature in Indonesia During Japanese Occupation: Focused on Comparison with Japanese “Nanyo” Literature and Korean Bilingual Literature.
Isu utama dari penelitian tersebut adalah membahas persamaan dan perbedaan metode propaganda Jepang selama masa penjajahan di Korea dan Indonesia. Serta, dampak yang muncul dari masing-masing negara terutama di bidang media dan sastra.
Menurutnya, hal ini sangat menarik untuk dikaji apabila kita ingin mengetahui persamaan dan perbedaan kesusastraan Jepang yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa lokal (Indonesia dan Korea). Serta, untuk mengetahui dampak bagi perkembangan kesusastraan Jepang dan lokal di kedua negara (Indonesia dan Korea) terutama selama masa penjajahan Jepang.
Sumitomo Foundation
Sudah banyak yang tidak asing dengan lembaga pendanaan penelitian asal jepang ini. Walaupun tahapan seleksi yang ditempuh tidak jauh berbeda dari NRF Korea, namun skema penelitian yang diterima oleh Antonious berbeda dari sebelumnya karena pada kali ini ia harus melakukan riset tersebut secara individu.
Ia mengangkat isu utama terkait bagaimana kerja sama yang terjalin antara para cendekiawan Jepang dan Indonesia. Terutama, dalam penerbitan majalah propaganda Djawa Baroe di tahun 1943-1945 dalam penelitiannya yang bertajuk The Role of Japanese and Indonesian Intellectuals in Promoting Mutual Understanding Between Indonesian and Japanese People Through the Publication of Magazine Djawa Baroe in 1943-1945.
Bukan tanpa alasan ia menggagas judul tersebut. Riset itu untuk mengetahui lebih lanjut tentang peranan para cendekiawan Jepang dan Indonesia yang terlibat dalam media propaganda di Indonesia. Terutama, dalam penerbitan majalah Djawa Baroe pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Antonious juga mengungkapkan alasan dari seluruh topik yang ia ajukan. “Tema penelitian yang saya ajukan ini sangat menarik dan saya juga ingin mengetahui suatu permasalahan dari berbagai macam perspektif. Terutama dari negara lain yang memiliki pengalaman yang sama terhadap suatu permasalahan,” ucapnya.
Sebelumnya, Antonious mengaku sempat mengalami kesulitan dalam mengatur waktu diskusi dengan sesama peneliti. Sebab, kesibukan para anggota serta kesulitan mencari referensi naskah asli di Indonesia. Untuk itu ia harus pergi ke Jepang atau negara lain yang memiliki koleksi bahan penelitian secara digital.
Segala tantangan tersebut ia hadapi dengan sungguh-sungguh hingga berhasil memenangkan hibah penelitian itu. Ia mengaku sangat senang dan bangga atas kepercayaan yang telah ia peroleh.
“Saya senang dan bangga bisa mendapatkan kepercayaan dari pemberi dana hibah serta bersemangat bisa menjalin kerja sama dengan peneliti lain di luar negeri,” ujarnya.
Ia juga berharap kedepannya dapat menghasilkan temuan baru yang dapat dipublikasikan di jurnal ilmiah bereputasi nasional dan internasional serta memiliki kebermanfaatan bagi banyak orang. (*)
Penulis: Aidatul Fitriyah
Editor: Binti Q Masruroh