Universitas Airlangga Official Website

Dosen FISIP UNAIR Ajak Mahasiswa berperan dalam Pembangunan Negara

Dr Siti Aminah MA, Dosen Politik UNAIR, memaparkan materinya dalam Talkshow Fiesta Unair Library, di Aula Parlinah Moedjono, Perpustakaan Universitas Airlangga (UNAIR), Kampus Dharmawangsa-B, (24/4/2024). (Foto : Istimewa).
Dr Siti Aminah MA, Dosen Politik UNAIR, memaparkan materinya dalam Talkshow Fiesta Unair Library, di Aula Parlinah Moedjono, Perpustakaan Universitas Airlangga (UNAIR), Kampus Dharmawangsa-B, (24/4/2024). (Foto : Istimewa).

UNAIR NEWS – Ketika meneropong masa depan Indonesia dari sudut pandang politik dan kebijakan publik, Indonesia masih dalam budaya pasca kolonialisme. Meskipun sistem politik demokrasi yang dianggap ideal sudah ada di Indonesia, tetapi dalam penerapannya, orang-orang sebagai penggerak sistem ini masih belum cukup ideal untuk beradaptasi dengan idealisme politik tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai warga muda harus merebut peran dalam kebijakan publik dan pemerintahan untuk pembangunan Indonesia di masa depan yang lebih baik. 

Dengan hal ini, Perpustakaan UNAIR mengadakan Talkshow Fiesta Unair Library  bertajuk Meneropong Masa Depan Indonesia dari Perspektif Politik dan Kebijakan serta Peran Warga Muda pada Rabu (24/4/2024), di Aula Parlinah Moedjono, Perpustakaan Universitas Airlangga (UNAIR), Kampus Dharmawangsa-B. Talkshow itu digelar dalam rangka memperingati Dies Natalis Perpustakaan UNAIR yang ke-69.

Pada kesempatan kali ini, Perpustakaan UNAIR menggandeng ManifesThink dan tiga narasumber. Yakni, Dr Gitadi Tegas Supramudyo Drs MSi selaku dosen administrasi publik UNAIR, Dr Siti Aminah MA selaku dosen Politik UNAIR, dan Presiden BEM UNAIR, Aulia Thaariq Akbar.

“Demokrasi itu berasal darimana? Itu (demokrasi, red) merupakan sistem yang diajarkan dan diturunkan oleh negara penjajah kepada negara-negara yang dijajah,” papar Aminah sebagai pembuka dari diskusi. 

Menilik dari sudut pandang politik, Indonesia merupakan negara pasca kolonial yang menganut sistem demokrasi yang telah diajarkan oleh negara barat, tetapi tetap tidak membuang culture asli dari Indonesia yang masih mengenal politik balas budi dan politik dinasti. 

“kita ini hybrid, dimana ada integrasi budaya, bahasa, dan cara bernalar yang dikonstruksi. Cara pemerintahan dan demokrasi itu ditentukan, padahal kita punya budaya sendiri yang khas,” lanjut Dosen Politik UNAIR itu. 

Aminah menambahkan, perspektif politik dan negara pasca kolonial di Indonesia akan sulit mendapatkan demokrasi yang ideal, selama pemangku kepentingannya masih melakukan budaya balas budi dan dinasti, karena akan ada yang mendominasi dalam pemerintahan.

Sebagai anak muda yang nantinya akan menduduki kursi pemangku kebijakan, anak muda harus mampu menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi di Indonesia. Warga muda, dan kebijakan yang bijak. Dalam policy, ada sifat wise dan wisdom. Solusinya adalah cerdas dan unggul. Baru nantinya bisa mewarnai kebijakan yang unggul dan menjadi problem solver.” terang Gitadi. 

Gitadi menegaskan, anak muda untuk dapat merebut peran pemangku kebijakan di masa depan dengan cara meningkatkan kecerdasan dan keunggulan. Mahasiswa sebagai anak muda harus mampu mempertajam sikap kritis selama di bangku kuliah. Harapannya, mahasiswa dapat memahami proses kebijakan yang berbasis analisis, dan memiliki daya proyeksi untuk memahami evidence dari suatu masalah. 

Tak lupa, Aulia selaku Presiden BEM UNAIR, mengajak peserta untuk bersama-sama melakukan perubahan dengan menjadi perintis dalam pemerintahan. “Kita harus memiliki stance yang jelas dalam memahami politik. Kita sebagai anak muda juga harus ambil bagian dari solusi untuk pembangunan Indonesia di masa yang akan datang.” tutupnya.

Penulis : Febriana Putri Nur Azizah

Editor : Khefti Al Mawalia